Langsung ke konten utama

Bidat dalam Perjanjian Baru


Pelayan Tuhan harus mampu memahami penghalang-penghalang dalam pelayanan pekerjaan Tuhan kedepan. Tidak menutup kemungkinan ada pengajaran-pengajaran yang tidak sesuai dengan injil. Benar injil adalah pondasi kita berpijak, tetapi dengan banyaknya ajaran-ajaran yang membenarkan cara-cara yang salah, sehingga injil yang menjadi dasar kita berpijak seakan-akan diputarbalikan hanya untuk kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Inilah yang pada akhirnya membuat Para Rasul-rasul pada abad pertama menjadi resah dengan tindakan-tindakan para Bidat. Maka dari itu penulis mempunyai kerinduan untuk menuliskan masalah apa saja yang terjadi pada abad pertama silam dengan fokus kepenulisan terambil dalam atau dari surat 2 Petrus.

LATAR BELAKANG MASALAH
Fundamental yang kuat akan menjadi dasar kita untuk berpijak kepada hal-hal yang benar. Orang-orang Kristen selalu berangkat dari anggapan bahwa kehidupan dijalani sebagai pencarian akan keselamatan. Namun disisi lain banyak hal-hal yang akhirnya merusak cara berpikir banyak orang kristen untuk mengarah kepada pemahaman keselamatan tersebut. Maka perlunya kita mempelajari tentang ‘BIDAT’ yang mempengaruhi kekristenan. Sebagaimana yang kita ketahui, mereka ini sangat mengganggu dan meresahkan Rasul-rasul, para hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan Tuhan dari zaman ke zaman sesuai waktu dan perjalan kehidupan kekristen didunia ini.
Penulis memfokuskan kepenulisan ini  dalam surat Rasul Petrus yaitu Surat 2 petrus 2:1-3. Perkataan Rasul Petrus adalah yang mewakili Rasul-rasul Tuhan pada abad itu, mereka benar-benar menentang dengan keras pengajaran-pengajaran kaum bidat yang merusak Iman kepercayaan orang-orang Kristen pada abad itu. Terlihat jelas dalam ayat-ayat yang dituliskan oleh Rasul Petrus, begitu jelas ia menyerang kelompok bidat, sembari memberi pemahaman kepada jemaat Tuhan agar tetap waspada terhadap golongan-golongan atau kelompok-kelompok bidat tersebut.
Orang Percaya yang tidak teguh imannya adalah masalah yang mendasar bagi perkembangan Kepercayaan mereka. Mereka masih terpengaruh dengan paham agama kepercayaan mereka sebelumnya (agama sebelum mereka mengenal Kristus Yesus sebagai juruselamat). Bermunculannya pengaruh-pengaruh bidat setelah perkembangan Kristen lewat filsafat-filsafat, ideologi agamawi yang abmoral, juga pengaruh pemerintahan yang menghendaki untuk menyembah petinggi-petinggi romawi( kaisar kerajaan Roma yang menguasai daerah timur tengah pada saat itu atau Gubernur provinsi-provinsi daerah kekuasaan roma), juga kaum petapa yunani kuno dan agama-agama timur lainnya. Inilah pemicu yang akhirnya mendorong penulis untuk menelaah siapa saja kelompok atau kaum bidat yang ada pada abad pertama silam khususnya yang terdapat pada Surat 2 Petrus 2:1-3 (sebelum surat dituliskan dan sesaat surat dituliskan), seraya menggali makna-makna apa yang terkandung sehingga kita dapat mengambil satu kesimpulan bahwa ajaran-ajaran tersebut merusak Iman orang-orang Kristen pada abad-abad pertama.
Orang-orang Krsiten harus mempunyai Iman yang kuat dan bertumbuh sesuai dengan Firman Tuhan. Imanlah yang membuat kita bertahan dalam banyak hal, tetapi harus kita ketahui Iman timbul tidak dengan sendirinya melainkan oleh pendengaran akan Firman Tuhan yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan dan perenungannya akan Firman yang akan mereka sampaikan itu, didalam Roma 10:17, berkata ; “Jadi, Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”. Dalam prakata buku “Sejarah Bidat” yang dituliskan oleh G.R. Evans mengemukakan sebagai berikut ; “ Orang Kristen yang percaya kepada Kristus, sebagai tindakan dari ‘Iman yang benar’, tetapi harus memiliki Iman yang benar”.[1] Secara sederahana mungkin kalimat ini sedikit sukar untuk kita pahami karena berbicara tentang Iman yang benar. Takaran Iman orang-orang Kristen pada umumnya tidak selalu sama bahkan ada saatnya orang-orang Kristen dalam zona turbulensi Iman sehingga terkadang kita terlihat kuat, terkadang kita juga terlihat lemah, adakalanya kita bersukacita, sebaliknya adakalanya dalam kesusahan atau kedukacitaan. Turbulensi Iman inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh para kaum bidat yang mengatasnamakan Tuhan sebagai pemberi mandat kepada  mereka untuk melemahkan orang-orang Kristen disaat mereka dalam keadaan lemah. Karena itu Iman orang-orang Kristen harus menjadi faktor utama dalam melawan pengaruh dan bahaya penyesatan yang kaum Bidat kerjakan.
Pengajaran bidat yang tidak sesuai dengan Iman Kristen begitu banyak dan ajaran mereka sudah terpatri didalam kehidupan orang-orang percaya bertahun-tahun. Ketika kita menelaah akan hal ini, kita akan menemukan banyak hal-hal yang tidak simetris dengan Iman kristen, bahkan pengajaran kristus, pengajaran Rasul-rasul. Akhirnya bidat bertambah karena orang-orang Kristen makin bertambah pula dan populasinya semakin bertambah, sehingga aliran-aliran yang tidak berdiri dalam kebenaran Firman Tuhan pun mulai resah karena meningkatnya jumlah pengikut Kristus pada abad itu. Injil kristus mulai diperalat dan diputarbalikan untuk menyerang orang-orang Kristen dengan cara masuk dan merusak pengetahuan akan kekristenan mereka. Memang pembusukan itu kurang-lebih bermunculan dari dalam, dari mereka yang  mempunyai paham yang sama dengan Rasul-rasul, tetapi lambat-laun seiring berjalannya waktu mereka menolak kebenaran tersebut karena tekanan hidup yang semakin menghimpit mereka. Contohnya, dalam surat-surat Rasul Paulus, yang sangat meresahkan Rasul-rasul disebutkan yaitu, kelompok himeneus dan aleksander dalam surat pastoralnya kepada Timotius dan jemaat Efesus. Mereka sangat meresahkan buat Rasul Paulus sendiri, Tetapi jangan mengirah pembusukan itu baru ada setelah Kekristen mendominasi saat itu, melainkan bidat sudah muncul sebelum kristen ada dan roh  penyesat itu sudah  lama ada sebelum Kekristen banyak dipercayai oleh orang-orang pada abad pertama.
Dalam pertemuan disesi perkuliahan mata kuliah Filsafat Pastoral, senin tanggal 25 januari 2016, oleh Pdt. Ellyezer Siswanto, S.Th, pengampu mengemukakan pendapatnya tentang bidat demikian ;
“bidat sebenarnya telah muncul sebelum gereja berkembang dan bukan hanya pembusukan dari dalam tetapi pengaruh dari paham-paham yunani yang berkembang dalam perjalanan kehidupan kekristen pada saat itu, lewat tindakan sosial-sosial seperti membantu untuk kebutuhan pokok-pokok orang percaya yang tidak diberikan oleh Rasul-rasul pada saat itu, sehingga banyak orang-orang percaya menjadi kurang yakin akan pertolongan Tuhan yang menyatakan akan menjadi penolong kepada umat Tuhan tetapi seperti tidak ada pertolongan”.[2]
Pemahaman yang benarlah yang harus kita peroleh dari pengetahuan akan firman Tuhan. Karena dengan demikian kita memperoleh kekuatan yang tidak akan melemahkan kita, sebaliknya kita akan diteguhkan dalam Firman Tuhan, dan berakar dalam Firman Tuhan, tidak muda digoyakan oleh apapun juga, entah dalam situasi apapun atau situasi yang menghimpit kehidupan kita dan membuat kita merasa seperti tidak ada pertolongan, manakala kita mempunyai Iman yang benar keyakinan penulis maka kita tidak akan lari kepada pemahaman yang keliru, malahan kita akan semakin dikuatkan dan diteguhkan oleh Firman Tuhan.
Pengaruh Bidat yang diterima jemaat Tuhan menjadikan ketumpulan Iman mereka kepada Tuhan. Adapun pengaruh yang  sangat mendasar disana yaitu Guru-guru palsu yang menyusup didalam gereja. Dalam buku Teologi Perjanjian baru karya Leon. Moris mengemukakan demikian ; “Pada zaman PL Allah telah mengutus nabi-nabi besar ke Israel, dan para nabi palsu telah berusaha menyesatkan bangsa itu, oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau kaum beriman zaman PB akan berhadapan dengan guru-guru palsu.”[6] Penulis mengambil kalimat ini karena memang pengaruh ini sudah lama ada dengan roh penyesat yang sama tetapi berada dizaman yang berbeda, dan berkembang secara cepat bahkan akhirnya merusak pemikiran orang-orang Kristen. Didalam surat 2 petrus ada beberapa kelompok yang menghasut banyak orang kristen antara lain yaitu;
1.      Paham Gnostik
Paham Gnostik (2 Petrus 1:8-10,16). Paham ini muncul dari kalangan orang Yahudi yang mencampur pemikiran Kristen dicampur dengan pemikiran Agama-agama Timur, Mesir, dan babilonia dan dicampur juga dengan pemikiran yunani bahkan pemikiran-pemikiran filsafat yunani kuno juga paham-paham agama timur dan menggunakan dongeng-dongeng nenek moyang untuk menjelaskan ajaran mereka.
2.      Paham Sinisme,
Paham Sinisme (2 Petrus 1:2, 9-11). Paham ini begitu kontras dizaman itu, mereka tidak mengizinkan hal-hal yang abmoral berkembang didalam dunia agama mereka. Pandangan atau paham itu kebanyakan berkembang dikalangan orang-orang yang terkemuka pada zaman itu. Karena mereka mengizinkan hal-hal yang abmoral makanya petinggi-petinggi kerajaan merasa senang dengan paham ini.
3.      Anti-resureksionisme
Anti-resureksionisme, (2 Petrus 1:17-18), menjadi pertentangan yang cukup lama dikalangan orang-orang Yahudi khususnya para kaum saduki yang sejak awal tidak percaya akan adanya kebangkitan. Mereka sangat menentang akan kebangkitan Tuhan Yesus. Akibatnya, hal ini sangat menghacurkan Iman orang-orang percaya. Kaum saduki adalah sekelompok yahudi yang radikal menentang Kekristenan dari awal pelayanan Yesus sampai berkembangnya pengikut Yesus. Ada indikasi mereka yang membayar para penjaga kubur Yesus untuk menyatakan bahwa Tuhan Yesus Tidak bangkit tetapi dicuri oleh murid-muridNya( Mat 28:11-15).
4.      Paham Nomianisme
Paham Nomianisme yang mengacuh kepada Taurat dan Sunat sebagai sarana keselamatan (2 Petrus 2:1-3). Sejarah Israel tidak bisa dipungkiri berpegang erat dengan Hukum Taurat Musa dan Sunat perjanjian Abraham dengan Tuhan untuk menjadikan keturunannya menjdai bangsa yeang besar. Natural Of Torah inilah yang susah untuk dilepasakan oleh bangsa yang besar ini.
Di identifikasi maka sebenarnya masalah yang besar terjadi dari luar dan dalam gereja atau orang-orang kristen pada saat itu yang dImana sangat merisaukan para Rasul-rasul yang ada pada zaman abad pertama.

DESKRIPSI SURAT PASTORAL 2 PETRUS
            Tinjauan ilmiah akan berguna manakala deskripsi kitab (surat) dipaparkan. Pendeskripsian adalah hal yang berguna untuk pembaca mengerti apa saja yang terjadi pada Injil, Kitab, atau Surat Pastoral yang akan kita bahas. Pegertian deskrispsi pun harus kita tahu agar kita lebi dipermudah untuk membaca dan mengerti isi karya ilmiah ini. Déskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci;[7] menguraikan isi apa yang akan dituliskan oleh Penulis. Jadi dengan adanya deskripsi maka kita pembaca akan lebih muda memahami akan apa yang akan dituliskan dan memberkati kita.
Latar belakang memberi informasi mengapa surat-surat dituliskan dan gunanya untuk apa dan bagaimana kita mengetahuai kenapa penulis menuliskan hal itu. Dengan satu tujuan yang baik dan mempermudah kita merumuskan atau lebih kepada kita berhipotesa sementara untuk memperjelas latar belakang yang mendukung kita untuk memahami surat pastoral 2 Petrus ini. Karena surat ini adalah lanjutan dari surat Petrus yang pertama maka kita mungkin saja akan dipermudah dengan struktur informasi yang ada di surat yang kedua yang dituliskan oleh Rasul Petrus ini.
Bab II ini akan dimulai dengan kapan buku ini dituliskan dan kapan menjadi sumber terpercaya dan dimasukan kedalam kanonisasi Alkitab. Dalam catatan buku yang penulis baca, buku ini sudah mulai diragukan validilitasnya, sehingga ada beberapa asumsi-asumsi dari pakar-pakar teolog diabad-abad 500-an mundur.
Kitab-kitab Perjanjian Baru yang lazim di 1 Petrus disusul dengan karangan kedua dengan nama rasul Petrus. Dan inilah sebabnya mengapa ditempatkan di Alkitab dengan demikian. Seperti nanti menjadi jelas, menurut urutan dalam waktu 2 Petrus merupakan tulisan paling akhir dalam Perjanjian Baru. Dalam tradisi umat kristen, tulisan ini baru dikenal selama abad ketiga Masehi.[8] Sesudah tahun 200 M, lama sekali diragukan dan selama abad kelima Masehi (sesudah tahun 400 M), barulah umum diterima sebagai kitab suci dan karangan rasul Petrus. Tulisan ini antara yang paling akhir masuk kedalam daftar kitab suci Perjanjian Baru. 2 Petrus seolah-olah terdapat pada pinggir kanon Perjanjian Baru.
Surat ini diakui masuk dalam kanonisasi pada konsili Gereja di Laodokia (366 M), Hippo (393 M), dan dikartago (397 M).[9] Pendapat Dr. C. Groenem Ofm hampir serupa dengan pandangan buku yang ditulis oleh J. Sidlow Baxter, mereka mengemukakan bahwa para Bapa-Bapa Gereja abad kelima mundur mengakui akan keaslian 1 Petrus, tetapi tidak dengan kitab 2 Petrus. Agaknya inilah kitab yang paling diperbantahkan diantara surat-surat PB. Harus kita ingat bahwa konsili-konsili itu lebih banyak mempunyai bahan-bahan asli untuk memutuskan soal itu dari pada kita sekarang ini. Pemimpin-pemimpin Gereja pada saat itu sangat berhati-hati untuk menentukan akan hal ini, agar supaya keaslian surat ini terjamin muatan dan isinya.
Kitab 2 Petrus adalah surat yang mirip dengan surat yang ditulis oleh Yudas sudara Tuhan Yesus Kristus. Kalau kita melihat begitu jelas bahwa bagian terbesar Surat Yudas ada di surat 2 Petrus ini. Akibat dari ini para pakar teolog mulai mempermasalahkan lagi akan kepenulisan surat ini. Benarlah yang penulis utarakan diatas bahwa memang kepenulisan surat ini sangat banyak dipertentangan didalamnya. Misalanya kalau dikatakan bahwa Yudas  terlebih dahulu yang menuliskan suratnya dan Rasul Petrus yang adalah menambahkan akan surat ini atau menciblak karangan dari Yudas, maka akan dipastikan bahwa surat 2 Petrus ini hanyalah karya orang lain bukanlah karya dari Petrus. Karena itu asumsi ini hanyalah sebuah hipotesa sementara karena  mana mungkin seorang Rasul Petrus menuliskan hal-hal tersebut dilansir dari karya-karya yang sudah ada. Karena kalau kita melihat dengan jelas bahwa isi dari surat 2 Petrus ini berasal dari zaman rasul-rasul dan dituliskan oleh Petrus. Contohnya, nubuatan 2 Petrus mengemahkan khotbah Tuhan Yesus dibukit zaitun. Tapi sukar dipercaya bahwa 2 Petrus ditulis sesudah kebinasaan yang diramalakan oleh Tuhan Yesus pada saat itu. demikian juga tentang nasihat 2 Petrus mengenai pengajaran-pengajaran sesat; seandainya penulis hidup pada abad kedua Masehi, tak dapat tidak maka ia akan membicarakan tentang filsafat gnostik yang sudah matang, tetapi bukan denikian yang diajarkan oleh Petrus dalam suratnya ini.[10] Jadi dari hal ini kita akan menentukan tahun berapa Tulisan ini di tulis oleh rasul yang pernah menyangkal Yesus Krsitus itu.
Surat ini ditentuntukan waktunya sebelum Yerusalem diruntuhkan pada tahun 70 M. Jika tidak, mustahil penulisnya mengabaikan contoh itu pada saat ia menyebutkan murka Allah atas dosa. Pembuktiannya bahwa surat ini dituliskan sebelum Yerusalem diruntuhkan adalah samanya isi pengajaran sesat dengan surat-surat pastoral lainnya yaitu 1 Tim 4:1-2; 6:5,20-21; 3:1-7, kemiripan inilah yang akhirnya disimpulkan oleh para Bapa-Bapa teologi untuk menyatakan bahwa surat ini dituliskan dalam tempo waktu yang bersamaan dengan surat-surat yang lain.
Petrus menyatakan diri bahwa pelayanan terakhirnya berada di kota Roma. Manakala kita menemukan informasi yang akurat akan tahun wafatnya sang Rasul, maka kepenulisan ini akan menyimpulkan tahun berapa surat ini dituliskan. Kapan tepatnya ia pergi ke Roma untuk terakhir kali telah menjadi perdebatan hangat. Pada umumnya, banyak orang meyakini bahwa Petrus datang atas permintaan Paulus untuk membantu mengatasi permasalahan yang terjadi di Jemaat Roma. Sementara Petrus berada disana, ia ditangkap dalam peristiwa penganiayaan Gereja yang dilakukan oleh kaisar Nero, sekitar pada saat terjadinya kebakaran yang sangat besar pada bulan Juli 64 M (Lactantius death of the persecutors 2,5).[11]  Banyak sekali sumber yang akan menyimpulkan bahwa Paulus dan Petrus sama-sama mati sesuai dengan sangsi yang mereka dapatkan, Paulus dipenggal kepalanya, menurut hukum yang berlaku bagi seorang warga Romawi, sedangakan Petrus disalibkan  dengan posisi terbalik (kepala dibawah) dalam pertunjukan sirkus Nero, “didekat tugu peringatan antara tanda-tanda batas perlombaan”, ditempat vatikan berdiri sekarang (eusebius HE 3.1.2-3).[12]
Jadi kesimpulannya Petrus menuliskan surat yang kedua ini pada masa tuanya. Surat yang kedua ini dituliskan ketika Paulus sudah banyak menuliskan surat sewaktu Petrus mau menuliskan surat ini (3:16). Tidak perlu menarik kesimpulan seperti yang dilakukan oleh beberapa orang, yang menyimpulkan dari Pasal 1:12-17 bahwa injil telah beredar Luas, dan dari Pasal 3:4 bahwa pada waktu surat ini dituliskan generasi Kristen pertama telah tak ada lagi. Keterangan mengenai surat ini yang dikemukakan dalam tulisan-tulisan lain menyatakan, bahwa surat ini pasti ditulis setidak-tidaknya pada permulaan abad kedua. Tapi perkembangan bidat yang disanggah dalam surat ini agaknya merupakan alasan untuk menentukan waktu penulisannya pada akhir abad pertama. Jika menerima Petruslah penulisnya maka agaknya kemungkinan terbesar ialah 2 Petrus dituliskan akhir hayat (1:14), antara Tahun 60 M dan 70 M.[13]
Tulisan diatas menyimpulkan bahwa Surat ini ditulis antara tahun 60 M dan 70 M. Maka kita akan melihat bagaimana Sosial pada saat itu, budaya yang trend pada saat itu dan bagaimana pemerintahan Politik pada saat itu agar supaya kita mengetahui apa saja yang dikerjakan oleh Bidat lewat hal-hal ini.
1.         Sosial
Hubungan Sosial abad pertama, yaitu orang-orang yang ada di Timur Tengah ada hal yang menarik. Sosial yang berjalan pada saat itu sangat berbeda dengan sosial yan ada pada saat ini, ada banyak yang kontras akan kita temukan karena penggolongan-pengolongan status sosial begitu banyak dan tidak bisa tidak untuk kita pelajari dan kita pahami. Berikut uraian sosial yang terjalin pada abad itu.
1.1.         Masyarakat Yahudi,
Yahudi pada zaman Perjanjian Baru mengalami banyak perubahan. Hal itu tidak mengherankan, lebih-lebih kalau dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di Timur Tengah antara tahun 1 dan 100 Masehi. Pada Tahun 70 M, Bait Allah yang adalah simbol dan pusat perhatian keYahudian, hancur dengan memawa akibat-akibat yang hebat. Selam abad pertama itu para Rabi meletakan dasar keYahudian dalam bentuk yang baru. Dalam abad tersebut mereka berhasil membakukan tradisi keYahudian serta meresmikan satu kanon Kitab Suci Yahudi.[14] Pada waktu itu terjadi pertentangan antara KeYahudian melawan Romawi,yang pecah dalam bentuk serangkaian perang yang memakan banyak korban. Pada waktu itu berkembang pula dengan Kekristenan, pertentangan itu muncul dari pusat kepercayaan Yahudi, dan cukup menarik untuk diteliti atau kita kaji lebih lanjut.
Sidang konsili Yahudi di kota Yamnia pada tahun 90 M, mereka merumuskan untuk bersatunya kembali orang-orang Yahudi yang nampak ada dalam banyak tantangan. Sidang itu  berhasil mengurangi perpecahan diantara mereka sendiri serta memunculkan corak KeYahudian yang baru, yaitu KeYahudian Rabinis, yang hidup sampai sekarang. Jadi harus kita mengerti bahwa selama abad pertama banyak sekali kelompok-kelompok Yahudi yang tersebar dimana-mana.Ada beberapa catatan yang harus kita mengerti.
1) perbedaan antara Yahudi palestina dan Yahudi Romawi (atau Yahudi perantauan). KeYahudian perantauan itu mempunyai hubungan yang erat dengan kebudayaanYunani, dan KeYahudian Palestina pun terpengaruh oleh kebudayaan yunani. Tapi perbedaan tersebut makin menyolok, kalau diingat bahwa keYahudian perantauan harus melakukan aktifitas sosialnya dengan menggunakan bahasa Yunani (Karena mereka tidak mengerti bahasa Ibrani), dan jauh dari bait Allah di Yerusalem.[15]
2) kelompok Yahudi terbagi lagi menjadi beberapa golongan Yahudi. Didalam keYahudian Palestina kita akan menemukan adanya kelompok Farisi, Saduki, Esseni, Zelotes dsb. Ada juga yang menyebutkan  beberapa golongan lain yaitu kelompok yang terpelajar, melek-huruf, dan kelompok kurang terpelajar bahkan buta huruf. Didalam KeYahudian perantauan ada kelompok-kelompok  yang menganggap diri murni Yahudi, kelompok campuran, bahkan kelompok gnostik yang menganut filsafat Yunani.
1.2.         Proselitisme Yahudi
Tuhan Yesus Kristus mengatakan dalam matius 23:15, ini membuktikan bahwa orang-orang Yahudi juga melakukan misi untuk menarik orang-orang yang tidak percaya untuk masuk dalam agama Yahudi. Untuk mendapat keakuratan akan hal ini banyak hal yang harus kita lihat, pertama-tama kita perlu membedakan antara proselit aktif (misi) dan diterimanya para calon yang datang karena kemauan sendiri. Yahudi adalah bangsa yang besar tumbuh dan berkembang melalui perang, dan ekspansi daerah yang diserang. Philo berharap dapat melihat dapat menyebarnya hukum Musa diselurih dunia; tetapi untuk hal ini dengan menemukan kesetiaan para pembuat undang-undang dari orang-orang bukan Yahudi sudah cukup, tanpa perlu orang Yahudi menjadi orang yang terpisah.[16] Dalam ekspansi daerah yudea dibawah kekuasaan  dinasti Hasmoneus dalam paro abad ke-2 s.M., sunat ditetapkan untuk semua orang dan semua orang dimasukan kedalam wilayah kerajaan. Perkawinan dengan orang bukan Yahudi juga membutuhkan pertobatan bentuk lain sebagai syarat keabsahan. Namun “normalisasi’ ini hanya untuk mempersatukan kerajaan, hukumnya, dan pemerintahnya dengan satu hukum. Istilah ‘pertobatan’ mungkin bukan satu-satunya yang diberlakukan untuk masalah ini, malah lebih baik demikian karena legitimasi mereka diperjuangkan dalam tempat tertentu.
Pada Tahun 42 M, Kaisar Klaudius memerintah di Israel. Menurut berbagai perhitungan ada seluruhnya delapan juta orang Yahudi, yang dua juta di antaranya tinggal di yudea wilayah Herodes (yang kemudian hari sebagai palestina Roma), empat juta tinggal didaerah kekaisran Roma bagian lain, dan yang dua juta tinggal ditimur jauh di daerah musuh.[17]
Kesimpulannya; Ada orang-orang bukan Yahudi yang bertobat, tetapi yang terpisah dalam maslah Yudea yang luar biasa ketika dibawah kekuasaan Hasmoneus, dan keberadaan mereka bukan karena adanya orang-orang bertobat yang aktif dan terorganisasi tetapi agaknya karena suatu keterbukaan dalam lingkungan Yahudi tertentu. Kita harus mengerti didaerah sekitar Yudea terdapat banyak sekali sinaggoge-sinagoge, ini pertandah bahwa orang-orang yang ada disekitar mereka pun turut merasakan kehadiran Allah dan yang akhirnya menyerakan diri untuk menjadi Yahudi, Yahudi mempunyai daya tarik yang berbeda. Selain itu kita harus memperhatikan banyak orang-orang baru yang akitf dalam internal Yahudi dengan berbagai bentuk. Bentuk-bentuk itu seperti Yohanes pembabtis yang adalah kaum Esseni, juga karena ketakutan orang-orang Yahudi yang mendapatkan semangat yang mereka dapatkan dari Herodes Antipas.[18]
1.3.            Orang Percaya (Kristen),
Alkitab mencatat kata Kristen muncul tiga kali yaitu dalam Kis 11:26; 26:28; 1 Ptr 4:16. Ayat-ayat ini mengandung gagasan bahwa Kristen adalah gelar yang diakui secara umu dalam zaman PB. Lukas yang adalah penulis Kisah para rasul yang pertama memperkenalkan istilah ini dalam Alkitab tepatnya berada di Gereja Antiokhia yang ada di Siria (Kis 11:26). Pasal ini mennguraikan kejadian-kejadian pada tahun 40-an abad Pertama M, dan Peterson berpendapat bahwa penghambat oleh Herodes Agripa pada waktu itu (Kis 12:1) menimbulkan nama Christian(o)i sebagai kesejajaran dengan musuh mereka, para Herodian(o)i.[19]
Lukas ingin menjelaskan bahwa Antiokhia adalah Jemaat pertama dengan suatu unsurmurni non-Yahudi, bekas penyembah berhala; artinya antiokhialah tempat pertama orang-orang melihat agama Kristen dari mashab Yahudi. Bagaimanapun juga sebutan “Kristen” telah baku pada tahun 60-an. Jika sebutan semula adalah nama ejekan, nama itu seperti halnya sebutan metodis pada waktu yang lebih kemudian, diterima oleh mereka yang diejek. Lama-kelamaan orang percaya harus menjawab pertanyaan apakah kamu Kristen? Tidaklah memalukan untuk menerima maksud sebuah nama kehinaan, jika nama itu berisi nama Juruselamat (1 Ptr 4:16). Dan nama itu mempunyai kelayakan tertentu; ia memusatkan perhatian kepada unsur yang membedakan didalam agama baru ini, yakni bahwa agama itu berpusat kepada Pribadi Kristus.
Jadi memang terbentuknya Agama baru ini, hasil dari isltilah ejekan yang pertama diterima oleh Jemaat di Antiokhia dan mereka memberi label diri mereka sebagai pengikut Kristus yang sah. Diperluasnya istilah Kristen karena makin banyak orang yang percaya kepada pengajaran Rasul-rasul pada saat itu yang mengakibatkan nama Kristenpun makin meluas, dan waktu yang membuktikan bahwa Ajaran ini tetap hadir segala penjuru dunia, walaupun banyak usaha yang dilakukan untuk memusnakan Kekristenan tapi tetap saja Orang Kristen tetap ada dan terus berkembang.
2.      Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang. Budaya akan ada sesuai dengan terbangunnya situasi alami yang menghadirkan corak tersendiri dari zaman atau waktu keberadaan manusia sendiri. Dalam budaya abad pertama ada corak sendiri, karena yang mendominasi adalah kerajaan Romawi sebagai penguasa yang menguasi daerah-daerah yang ada diTimur Tengah. Maka dari itu hampir-hampir budaya Romawi adalah budaya yang trend dengan orang-orang pada zaman itu. kita akan melihat budaya yang berkembang dan sangat mempengaruhi peradaban pada saat itu.
2.1.            Bahasa
Bahasa yang utama yang dipakai didunia Romawi adalah Latin, Yunani, Aram, dan Ibrani. Berikut adalah pengertian dari bahasa-bahasa yang dipakai;
2.1.1.      Bahasa Latin
Bahasa Latin adalah bahasa hukum di pengadilan dan kesusasteraan Roma. Sebagai bahasa sehari-hari kebanyakan bahasa Latin digunakan di wilayah barat penduduk Romawi, terutama di Afrika utara, Spanyol, Gaul dan Britania, disamping Italia sendiri. Bahasa bangsa penakluk ini dipelajari oleh bangsa-bangsa taklukannya yang segera menyesuaikan ucapan serta kosakatanya dengan satu bahasa daerah masing-masing.
2.1.2.      Bahasa Yunani
Bahasa Yunani adalah bahasa kebudayaanyang dikenal oleh semua kaum cendekiawan, dan merupakan bahasa sampingan mayoritas penduduk Romawi bagian Timur. Bahasa Yunani bahkan masih digunakan didaerah Palestina dewasa ini, Tuhan dan murid-murid juga menggunakan bahasa Yunani untuk berkomunikasi dengan orang-orang non-Yahudi.
2.1.3.      Bahasa Aram
Bahasa aram adalah bahasa utama di timur dekat. Paulus berbicara di Yerusalem dengan bahasa Aram (Kis 22:2) ketika ia menyampaikan pembelaannya dari atas anak tangga Anthinius. Begitu juga dengan bahasa yang dipakai OlehTUhan Yesus yang dikutip dalam Yoh 1:42; Mrk 7:34; Mat 27:46. Bahasa ini juga muncil pada ungkapan-ungkapan  keagamaan dalam masa awal Gereja, seperti Abba (Roma 8:15) dan Marantha (I Kor 16:22), sehingga dapat disimpulkan bahwa Jemaat Kristus pada yang pertama berbicara dalam bahasa Aram.[20]


2.1.4.      Bahasa ibrani kuno
Bahasa Ibrani Kuno, yang sangat erat kaitannya dengan bahasa Aram, sudah tidak digunakan lagi sejak zaman Nabi Ezra, kecuali diantara para Rabi yang mempelajari dan mengunakannya sebagai media pemikiran teologis. Bahasa ini tidak dikenal oleh orang kebanyakan.
Keanekaragaman bahasa ditempat dimana agama Kristen bertumbuh dan berkembang memberinya warna kebudayaan dan kesusasteraan yang beragam pula sesuai dengan pengaruh masing-masing bahasa itu yang menjadi sarana bagi agama Kristen untuk mencapai dunia luar.  Bahasa Aram dan Yunani lebih banyak berperan dalam sejarah Gereja pada abad yang pertama dari pada bahasa Latin atau Ibrani. Ini menandakan Sejarah Kristen begitu erat dengan apa yang dinamakan bahasa yang berkembang di antara masyarakat yang majemuk waktu itu.
2.2.    Tradisi Romawi yang merambat kepada Masyrakat Timur Tengah
2.2.1.      Arena aduh manusia,
Pengaruh gedung pertunjukan yang besar bagi orang Romawi adalah pertunjukan yang sangat bagus. Pertarungan berdarah antara manusia dan hewan, atau pun manusia dengan manusia diselanggarakan oleh kaisar, atau ada kalanya oleh para pejabat politik dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan massa. Biasanya para peserta adalah Gladiator terlatih yang diambil dari antara budak, tawanan perang, orang hukuman, atau sukarelawan yang mencari ketenaran di arena seperti para petinju pada masa sekarang.[21] Pembantaian orang-orang Kristen yang ada di Roma salah cara mereka adalah dengan memasukan orang-orang Percaya kedalam arena ini dan hewan-hewan buas pun dikeluarkan untuk menerkam mereka, dan para Petinggi yang anti dengan kekristenan menonton hal ini sambil bersukaria.
2.2.2.      Sekolah
Orang Romawi dan orang Yahudi begitu mementingkan sistem pendidikan yang baik untuk regenerasi mereka. Orang Romawi punya kurikulm tersendiri untuk mengajar anak-anak mereka begitu pun dengan Orang Yahudi keitika mereka mengajarkan dasar akan kepercayaan, politik, dll. Bagi orang Romawi seorang anak romawi berada dibawah pengawasan Guru pribadinya hingga dia dinyatakan sebagai seorang pemuda yang dengan kewajiban-kewajiban orang dewasa. Sedangkan Orang Yahudi mereka sejak dini sudah diajarkan untuk membaca dan menulis Perjanjian Baru. Anak-anak Yahudi juga mempelajari adat istiadat nenek moyangnya serta diperkenalkan pada upacara-upacara Yudaisme.
2.2.3.      Ilmu Pegetahuan
Ilmu pengetahuan terbilang pesat sebelum zaman Kristus. Orang-orang Romawi  sangat senang belajar ilmu-ilmu yang pasti dan ilmu Alam. Bangsa Ibrani tidak terlalu tertarik pada pengetahuan teoritis.[22] Pada awal masehi tidak seorangpun dari mereka yang berprestasi dalam bidang ilmu pasti dan ilmu alam. Gereja yang lahir dari kandungan Yudaisme, tidak memusingkan ilmu pengetahuan semacam itu, karena pusat perhatian mereka adalah tata susila dan kerohanian. Meskipun demikian, wahyu ilahi yang menjadi dasar ajaran Gereja pada pokonya tidak bertentang dengan Ilmu pengatahuan.
Budaya adalah pengaruh yang mendasar untuk melihat situasi Sosial. Pada saat itu banyak hal yang terbangun dan menjadi dasar hidup orang-orang pada abad pertama. Budaya hadir membentuk situasi kondisi yang sangat mempengaruhi orang-orang percaya, terjadi pegajaran sesat karena budaya pada saat itu selalu tertekan dengan budaya yang ada.
3.      Pemerintahan politik
Pemerintah adalah sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab kuasa atas daerah. Menurut pemerintah berarti segala kegiatan atau usaha yang terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan  pada dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara.[23]  Jadi, pemerintah ada karena adanya tujuan negara yang mengharuskan daerah-daerah tertentu lebih terorganisir dan lebih mudah untuk di awasi dan di atur.
Pada masa Kitab Perjanjian Baru ditulis, hampir seluruh dunia beradab, kecuali beberapa kerajan yang kurang dikenal di Timur Jauh, berada di bawah kekasaan kekaisaran Romawi. Dari Samudera Atlantik di sebelah barat hingga sungai efrat dan laut merah disebelah timur, dan dari sungai Rhone, Sungai Donou, Latu Hitam serta Kaukasus disebelah utara hingga Gurun Sahara disebelah selatan, terbentang sebuah kekaisaran yang luas di bawah kekuasaaan dan kepemimpinan diktatorial sang kaisar yang disebut “raja” (1 Pet 2:17), dan juga “Augustus” (Luk 2:1) dalam Kitab Perjanjian Baru.
Kerajaan Yahudi adalah kerajaan yang sementara terjajah oleh Romawi dan tetap dalam pengawasan mereka juga. Kerajaan yang besar itu tumbuh dalam tekanan jajahan. Yang memerintah pada saat itu adalah wangsa herodes. Wangsa ini memerintah negara Yahudi itu antara 37 SM dengan 70 M. Dinasti Herodes hadir ditengah-tengah orang Yahudi bukanlah hal yang mudah karena mereka harus mengambil hati orang-orang Yahudi yang hidup didaerah itu sendiri. Herodes harus mengangkat Imam bagi mereka karena mereka bukanlah orang Yahudi dan mereka juga tidak ingin jabatan mereka dipegang oleh wangsa yang sebelumny memerintah yaitu wangsa hasmenus.
Kerajaan Yahudi dan Kerajaan Roma adalah kerajaan yang sama-sama hadir di dunia Timur Tengah. Seperti yang sudah kita pelajari bahwa Surat 2 Petrus dituliskan antara tahun 60 M sampai 70 M. Untuk kerajaan Roma yang memerintah pada tahun itu adalah Kaisar Claudius Nero yang lama tahtanya dari tahun 54 M sampai 68 M. Nero adalah seorang kaisar yang cerdik namun licik. Pribadinya dikuasai oleh kesombongan dan kegilaan akan kekuasaan, yang ujung-ujungnya membuatnya tidak populer di mata para bangsawan maupun rakyat, ia tidak pernah pandang bulu. Demi kekuasaan, ia tega membunuh sahabat, sanak saudaranya, bahkan istrinya dan ibundanya sekalipun. Pada juli 64, ia membakar kota roma untuk membebaskan tanah disekitarnya demi membangun istanya. Atas nama kelicikan, Nero menuduh dalang pembakaran kota roma adalah orang-orang Kristen, para pengikut Kristus, sehingga mereka harus dihabis dan dibantai secara biadab.[24] Kaisar Nero adalah kaisar yang mengembangkan sikap “anti-kristen” melalui penganiayaan sadis dan bengis. Petrus adalah salah satu korban kebengisan Kaisar Nero.[25]
Di pihak Yahudi adalah Herodes Agripa II yang menguasai pada tahun itu. Antara tahun 50-100 M dia menjadi penguasa daerah Yahudi yang berpusat di Jerusalem dan yang terbentang dari Yudea, Samaria, dan Idumea.  Herodes Agripa II adalah pengganti dari Herodes Agripa I yang adalah Ayahnya. Pergantian ini adalah salah satu untuk menyelamatkan keturunan wangsa Herodes, juga disebabkan karena ayahnya Agripa I hanya memiliki satu anak laki-laki sedangkan dia mempunyai lima anak perempuan. Agripa I adalah orang yang begitu memihak kepada orang Yahudi, dia diangkat Festus yang pada saat itu diangkat menjadi wali negeri untuk menjadi penasehat keagamaan bagi kasus Paulus dimana setelah ia mendatangi Festus di Kaisarea sebagai kunjungan Kehormatan.
Agripa II adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang Yudaisme. Tetapi, dalam Revolusi pada tahun 66 M, dia dengan terang-terangan memihak Romawi. Dia menyatakan kesetiaannya kepada Vespasianus, dan bersama Titus menumpas perlawanan bangsanya sendiri.[26] Menyedihkan sekali manakala kita berada dalam situasi Politik yang begitu Bobrok dan begitu tidak menguntungkan masyarakat sama sekali. Orang Yahudi begitu tertindas bagaimana tidak untuk orang-orang yang Percaya kepada Kristus pada saat itu.
Penyajian akan Pemerintahan Politik membantu kita melihat tekanan hidup orang pecaya. Pada saat ini kita bisa melihat hanya dalam tulisan bagimana kesengsaraan mereka yang benar-benar merasa sedemikian tersiksa, bersyukurlah kita tidak berada dalam zaman itu.
Rasul Petrus menuliskan surat ini bagaikan seorang yang mengetahui bahwa masa hidupnya di dunia ini terbatas. Surat ini mengandung tiga pokok penting yaitu; 1) Orang Kristen harus hidup sesuai panggilan dan sumber kekuatannya, artinya betumbuh dalam kesucian praktis. 2) setiap usaha menyesatkan mereka dengan ajaran yang tidak benar dan percabulan sebagai akibatnya harus dilawan dan ditolak. 3) Akhirnya, orang Kristen harus hidup bercahayakan terang hari Tuhan yang akan datang. Pokok pertama dan ketiga tidak asing lagi, sebab telah dikemukakan dalam surat 1 Petrus. Rupanya Pokok kedualah yang menjadi alasan utama menuliskan surat ini, tapi penulis ingin agar hal itu ditinjauh dari sudut yang tepat dan positif, yaitu pertumbuh an dan tujuan hidup Kristen; itulah sebabya ia menempatkan diantara kedua pokok yang lain.[27]
Penyebutan tentang kematian dalam pasal 1 menunjukkan bahwa Petrus mempunyai wawasan pandangan yang kekal. Penyebutan tentang nubuat (2 pet 1:21) menyiratkan masa yang akan datang. Pasal yang kedua menguraikan secara terinci kesalahan dan kemunduran yang akan terjadi. Pasl yang ketiga menjukan bahwa satu-satunya harapan bagi masa depan terletak dalam pengatahuan yang benar tentang rencana Allah, dan kesabaran dalam menantikannya.
Jemaat dalam 2 Petrus mencerminkan campuran antara antara orang-orang Yahudi Kristen dan orang-orang kafir yang bertobat. Dalam pasal 1 dan 2 mempunyai pararel yang dekat, baik sastra kafir maupun satra Alkitab.[28] Misalnya air bah pada zaman Nuh mencerminkan cerita dari Deukalion; jatuhnya malaikat dari sorga (Kej 6) mencerminkan terlemparnya Titan kedalam tartarus (2 Pet 2:4). Perhatian pastoral semacam ini menyebabkan tradisi eskatologi sama-sama dipahami, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi sperti diisyaratkan oleh keadaan kota, dengan campuran etnis dan religius, dalam dialog dengan budaya kafir sekitarnya dan sangat mencerminkan lamanya warisan Jemaat.
Jadi maksud dari 2 Petrus ialah mengingatkan dan menekankan lagi untuk meyakinkan pembacanya tentang epigonis (pengetahuan yang sempurna) perihal kebenaran dalam Yesus Kristus yang mendatangkan selamat. Dengan demikian imannya juga akan dikuatkan hingga sanggup melawan ajaran sesat pada masa itu.
TENTANG PENGARUH BIDAT DIDALAM GEREJA ABAD PERTAMA
            Kitab 2 Petrus adalah kitab yang menjelaskan “Bidat” sebagai sentral utama dalam kitab ini. Dan harus kita ingat bahwa karya Rasul Petrus ini selalu menyajikan tentang Yesus Kristuslah Tuhan. Di Bab yang ke-II, kita sudah melihat betapa kontrasnya pengaruh-pengaruh luar lewat budaya yang mempengaruhi keadaan Kekristenan di abad pertama. Dengan demikian kita memperoleh dasar yang mantap untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh apa yang terjadi pada saat itu. Tetetapi sebelum hal itu kita bahas kita harus mengetahui langkah-langkah dan syarat-syarat ketentuan dalam Mengeksposisi materi yang penulis sajikan untuk pembaca.
Langkah-langkah dan Syarat-syarat ialah landasan kita untuk mengekspos atau mengangkat keluar apa saja yang terjadi pada saat itu. Karena mengeksposisi adalah  bagian terpenting ini dalam karya Ilmiah ini. Maka penulis akan menyajikan beberapa hal sebagai berikut.
1.      Pengertian Bidat
Pengertian Bidat ada beberapa macam, secara umum dan secara biblika atau proses terbentuknya pengertian bidat dalam PL maupun dalam PB. Memang untuk menanggapi apa bidat dan bagaimana cara kerja bidat atau pengaruh apa yang dikerjakan kelompok bidat yang ada sampai saat ini tidaklah mudah. Karena itu kita harus pastikan bahwa pengertian bidat telah kita mengerti secara umum dimasyrakat Dunia bahkan dimasyarakat yang kita pelajari dalam keilmuan akademik yang kita jalani sekarang yaitu Teologi. Dalam teologi dan dalam masyarakat umum pengertian akan bidat kita akan temukan begitu berbeda dengan apa yang kita pahami. Ada yang mengemukakan bahwa bidat adalah salah satu organanisasi terkutuk, tetetapi ada yang mengatakan bahwa bidat juga perlu ada agar iman seseorang dalam mencari kepercayaann teruji dan kemurnian Imannya. Maka dari itu penulis menyadari perbedaan-perbedaan pandangan ini akan begitu penting dalam kita memahami arti bidat sebetulnya.
1.1.      Pengertian Bidat Secara Umum
Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa edisi ke-empat yang diterbitkan oleh Departement Pendidikan Nasional mengemukakan kata bidat dengan kalimat demikian yaitu;  perbuatan atau cara yang tidak pernah dikatakan oleh atau dicontohkan Rasulullah atau sahabatnya, kemudian dilakukan seolah-olah menjadi ajaran Islam.[29] Kamus besar bahasa Indonesia memang cenderung menggunakan contoh-contoh dari agama mayoritas yang ada di Indonesia namun kita harus melihat bahwa memang ajaran dari para bidat ini adalah penyebab dari penyimpangan pemahaman yang akhirnya merusak umat dan membuat pemahaman orang percaya kabur dan menjadi tidak lagi lurus dengan apa yang ada dengan foundamen yang telah dibangun sedari awal.
Dalam Kamus tesaurus Bahasa Indonesia yang dikarang oleh Eko Endarmoko mengatakan bidah atau bidat adalah dusta, atau bohong.[30] Bahasa indonesia sangat minim untuk menjelaskan arti bidat ini, tetetapi dengan begitu kita bisa menyimpulkan bahwa memang ajaran yang mereka bawahkan itu mempunyai tendensi merusak pemahaman umat. Kata dusta adalah kata yang terbilang mempunyai artian yang tidak baik dikalangan orang Indonesia karena konotasi dari kata ini bersifat negatif dan muatannya berbahaya dan dinilai sebagai pekerjaan perusak dan merusak keadaan umat yang sedang bertumbuh dan sementara berkembang dalam pengetahuan yang benar akan Firman Tuhan.
 Etimologi dari kata bidat berasal dari dua bahasa yaitu ‘sekte’ dan ‘bidah’. Sekte berasal dari bahasa latin yang akar katanya dari “sequor” yang artinya mengikuti dan juga digunakan kata “secare” yang mempunyai arti memisahkan diri.[31] Sedangkan Bidah berasal dari bahasa Arab yaitu yang berarti sesuatu ajaran atau aliran yang menyimpang dari ajaran yang resmi, tetetapi tidak kita belum kita ketahui apakah ajaran itu menyimpang atau sebaliknya, karena itu kita akan mengetahui akan hal itu ketika kita sudah menelaah sedemikian rupa tetang ajaran itu. jadi kita bisa tahu bahwa bahasa asli yang diserapan kedalam bahasa Indonesia cukup memberi kita pemahaman yang benar akan arti bidat.
Definisi diatas memberi informasi yang akurat untuk kita bisa mengerti akan bidat secara benar. Tetetapi ada beberapa pertanyaan yang sering membingungkan kita. Yaitu apakah jumlah umat lebih banyak dari jumlah bidat? Atau pertanyaan sebaliknya yang sering dilayangkan. Dalam literatur atau situs-situs teologi yang penulis pernah baca ternyata  jumlah bidat lebih banyak dari jumlah umat yang percaya kepada Tuhan. Dan kenyataan sampai saat ini bidat lebih banyak dari pada umat Tuhan, maka dari itu tugas kita untuk membasmi atau mengatasi akan bidat-bidat ini. Maka dari itu pengetahuan akan firman Tuhan seharusnya makin kita perlengkap karena dengan demikian kita akan menjadi lebih teguh dalam pendirian kita dan tetap berdiri dalam pengenalan akan Firman Tuhan yang terus membuat kita tetap teguh dan lebih teguh sampai berkesudahannya dunia kita tetap dalam kebenaran yang Yesus Kristus ajarkan.
1.2.      Pengertian Bidat Menurut PL Dan PB
Alkitab adalah dasar kita berpijak untuk materi yang penulis sajikan kepada pembaca. Terbaginya dua perjanjian yaitu perjanjian yang lama dan perjanjian yang baru menguntungkan kita untuk memila pengaruh-pengaruh penyesat yang ada pada zaman PL dan zaman PB. Karena itu penulis akan membagi dua penyesat sesuai dengan pengertian masing-masing dalam kedua perjanjian tersebut.

1.2.1.   Bidat dalam PL
Perjanjian Lama tidak menjelaskan peran bidat dari segi eksternal umat Tuhan, melainkan lebih kepada internalnya. Peran bida itu lahir dari kubu orang-orang Yahudi sendiri. Kitab 2 Petrus menjelaskan satu contoh penyesatan yang dikerjakan oleh seorang Nabi palsu. Bileam adalah nabi palsu yang pertama ada dalam Alkitab. Dalam Bil 22, menceritakan bahwa bileam disewa Balak, Raja Moab untuk memusnakan kekuatan bangsa Israel dengan kutukan-kutukannya. Balak bekerjasama dengan tokoh-tokoh Midian (Bil 22:4,7; bnd Bil 31:16; Yos 13:22).Bileam adalah seseorang yang adalah mungkin menjadi nabi yang benar tetapi juga menjadi penipu yang licik pada waktu yang lain,[32] (band TB Yoh 11:49-52). Penulis Alkitab menceritakan ramalan Bileam itu dalam bentuknya yang mungkin adalah demikian tanpa menghiraukan bahasa yang dia gunakan. Jadi artinya nampak bahwa benar itu semua menujukan bidat dalam perjanjian lama itu lahir dari dalam bukan dari luar. Nabi hosea pernah bilang dalam kitab Hos 4:6, “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.” Kebenaran yang benar adalah kebenaran yang mutlak menyelamatakan jiwa dan kebenaran yang benar akan menunjukan situasi yang lebih baik, karena kebenaran selalu membuahkan hal-hal yang menguntungkan.
Bileam bukanlah satu-satunya orang yang pernah menajadi penyesat dalam Perjanjian Lama. Dalam kisah Raja-raja Israel ada yang sangat menyedikan dihadapan Tuhan yaitu, ketika pemimpin-pemimpin tersebut tidaklah menganggap Tuhan yang menjadi satu-satunya penyelamat mereka dan yang memimpin kehidupan mereka. Lebih tersesal lagi adalah Raja-raja tersebut menggunakan hak Pregroratifnya untuk menyelewengkan Firman Tuhan dan mengajarakan Umat kepada penyebahan berhala.
Raja Yerobeam adalah salah satu raja yang mengadakan pertentangan dengan Tuhan lewat kepemimpinannya. Yerobeam Artinya mungkin adalah ‘umat itu bertambah-tambah’ atau ‘semoga ia berperang bagi umat’, maksudnya menentang penindasan Rehabeam I. Seorang Efraim, anak Nebat, yang memberontak melawan Rehabeam dan menjadi raja Israel pertama (kurang 931-910 sM; 1Raj 11:26-15:20; 2Taw 10:2-13:20). Yerobeam nampaknya adalah tuan tanah yang kaya (gibbor khayil, 1Raj 11:28), mampu memperlengkapi dirinya dan orang lain untuk berperang, sekalipun ibunya janda. Salomo waktu membangun Milo, melantik Yerobeam mengepalai para pekerja dari suku-suku utara. Praktik penindasan oleh Salomo mendorong dia menggerakkan pemberontakan, yang mengakibatkan dia dibuang ke Mesir sampai Salomo mati. LXX mencatat midras yang tidak dapat dipercaya (sebagian berdasarkan pengalaman-pengalaman Hadad, 1Raj 11:14-22), yang mencoba melengkapkan laporan Alkitab tentang Yerobeam lari ke Mesir. Persahabatannya dengan Sisak tidak lama, sebab serbuan Firaun merupakan pukulan berat bagi Yehuda dan Israel.
Yerobeam ditimpa murka Allah, karena ia mendirikan kuil-kuil di Dan dan di Betel untuk menandingi Bait Suci Yerusalem, dengan tata ibadah baru dan dilayani oleh imam-imam non-Lewi.[33] Tanggal Pesta Pondok Daun juga diubah (1 Raj 12:31-32). Patung lembu yang demikian menjijikkan itu mungkin bukanlah menggambarkan Allah, tetapi hanya merupakan tumpuan kaki yang dianggap tempat Yahweh yang tak kelihatan hadir berdiri.. Kedua patung kepala lembu itu mengancam kemurnian agama sejati Israel, karena menjurus kepada sinkretisme ibadah kepada Yahweh dan ibadah kesuburan Baal, sehingga mengundang tempelak dari nabi (umpanya abdi Allah dari Yehuda 1 Raj 13:1 dab; Ahia, 1 Raj 14:14-16). Naiknya Yerobeam menduduki takhta kerajaan berdasarkan pilihan rakyat dan bukan atas hak keturunan, menjamin sejak dari awal bahwa takhta Kerajaan Utara tidaklah mutlak warisan keturunan raja. Ibadah kerajaannya menjadi pola keagamaan bagi semua penggantinya, yang biasanya dinilai melestarikan dosa-dosanya (umpanya 1 Raj 16:26 dll).
Raja-raja keturunan dari Yerobeam pun akhirnya menghasilkan keturunan yang tidak mencintai Allah. Dalam beberapa literatur banyak nabi-nabi yang sudah mengingatkan penguasa-penguasa kerajaan Utara tersebut. Nabi Yunus, bahkan sampai kepada salah satu nabi yang diizinkan keluarganya nampak berantakan yaitu Nabi Hosea. Sampai-sampai nama dari keturunan Nabi ini menandakan kekacauan yang ada pada waktu itu. Tidak ada lagi kemurnian hati orang-orang Allah pada saat itu apalagi mereka yang berada pada kepemimpinan Keturunan Yerobeam. Sekiranya pada saat itu mereka mendengar nabi-nabi Allah yang datang menyampaikan nubuatan bagi mereka maka kemungkinan murka Allah akan menjauh dari mereka.
Perjanjian lama mengemukakan bahwa Bidat tampil dari dalam atau kata lain dari internal Umat-umat Allah. Dan mereka yang berkuasa adalah salah satu faktor yang paling menunjang pembidatan secara paksa ditengah-tengah umat dengan merubah pola pikir Umat-umat Allah.
1.2.2.   Bidat Dalam PB
            Perjanjian lebih memeberi pengertian yang lebih kongkrit dari Perjanjian Lama. Perjanjian Baru memakai kata ini dalam arti ‘golongan’, atas dorongan kehendak sendiri atau semangat sektaris.[34] Tetapi harus dicatat bahwa tidak satu pun dari golongan itu yang dalam keadaan lepas dan terpisah dari lembaga induknya. Orang-orang Saduki (Kis 5:17) dan Farisi (Kis 15:5; 26:5) membentuk sektenya di dalam aliran Yudaisme; dan dilihat dari pandangan orang luar, kata itu juga dipakai untuk agama Kristen (Kis 24:5,14; 28:22). Ketika golongan-golongan muncul di dalam gereja, mereka disebut ‘bidat’ (1 Kor 11:19, di mana Paulus nampaknya berkata bahwa, walaupun tidak dikehendaki, sekurang-kurangnya mereka ini memberikan kejelasan siapa orang Kristen yang benar). Perpecahan ini dilihat sebagai perbuatan daging (Gal 5:20), dan terutama sebagai kekalahan kasih, sehingga seorang bidat, yaitu seseorang yang dengan keras kepala memilih untuk membentuk atau mengikuti kumpulannya sendiri, ditolak sesudah dua kali ditegur (Tit 3:10).
 Penulis sudah menjelaskan diawal apa kata bidat. Pengertian Bidat begitu banyak, ada yang mengukanan istilah sekte yang artinya adalah sekelompok orang yang mempunyai kepercayaan atau pandangan agama yang sama, yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama. Ada yang mengunakan kata golongan yang membuat  perpecahan dalam jemaat. Kata ‘bidat’ dalam pengertian modern mengenai kekeliruan secara doktrin tercatat dalam 2 Pet 2:1, termasuk dalamnya penyangkalan akan Juruselamat. Di antara bidat yang mula-mula disebut dalam PB, dua paling menonjol, yaitu aliran Gnostik tipe Yahudi (Kol 2:8-23) dan aliran Dosetisme (1 Yoh 4:2,3; 2 Yoh 1:7).
            Karena kepenulisan ini akan mebahas bidat yang ada pada abad pertama dan berfokus kepada Surat 2 Petrus yang terdapat pada PB, maka dari itu kita tidak akan terlalu banyak untuk membahas golongan-golongan yang ada. Mengapa demikian? Karena dalam bagian berikutnya kita akan mengenali hal-hal yang sangat bertentangan dengan Iman Kristen yang sudah bertumbuh dan sudah menjadi dasar yang teguh dalam jemaat Kristen, namun orang percaya tetap tidak lupt dengan penyiksaan yang luar biasa karena perlakuan bidat tersebut.
BIDAT-BIDAT DI ABAD PERTAMA DAN YANG ADA PADA TULISAN SURAT 2 PETRUS
Penulis mempelajari bahwa di abad pertama tersebut tidak hanya satu golongan bidat yang menyerang orang percaya. Diawal tulisan ini penulis menjelaskan bahwa pencobaan adalah satu sarana ujian iman, tantangan hidup yang harus dihadapai. Tuhan Yesus menjelasakan dalam injil Tulisan Markus yang juga buah pikiran dari Petrus yang sudah dilhami Roh Kudus untuk menuliskan Markus 13:22; Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan. Ayat ini menjelaskan bahwa keadaan penyesat adalah suatu tanda perlawanan besar dalam kita beriman kepada Yesus Kristus. Maka dari itu penulis sudah merangkum beberapa kelompok bidat tumbuh dan berkembang didunia abad pertama.
1.      Paham Gnostik
   Di akhir abad pertama, akhir dimana masa rasul-rasul, muncul bidat yang sangat membahayakan isi iman kristen pada zaman itu, dan juga membahayakan iman orang-orang Kristen diabad-abad selanjutnya. Bida ini dikenal dengan sebutan nama Gnostisisme. Untuk menentang ajaran ini, Rasul Petrus sebagai rasul yang hidup diakhir abad-abad pertama mengemukakan pendapatnya dalam tulisannya di Injil Markus, Surat 2 Petrus, dan bukan Cuma rasul petrus yang mengemukakan sikap menentang Pengaruh ini. Rasul yohanes dalam surat tulisanya. Dalam 1 Yoh 2:1-23, Yohanes sangat menunjukan sikap menentang ajaran ini karena merusak keadaan Umat Tuhan yang sementara dalam pertumbuhan kualitas dan juga kuantitas.
Istilah Gnostik berasal dari kata Yunani yaitu “Gnostis” yang mempunyai artian Pengetahuan, penerangan, adakalahnya diartikan dengan bahasa Ilmu pengetahuan. Pengaruh ini bermula dari Yudea dan disebar-luasakan oleh orang Yahudi kedunia orang non-yahudi. Yang mempopulerkan paham gnostik adalah golongan aleksandria yang dipimpin oleh seorang cendikiawanYahudi yang bernama Philo Judeas dan bersama tiga orang muridnya yang bernama cerinthus, basilidas, dan valentinus.[35]
Ajaran Gnostik ini bersumber dari percampuran antara agama timur. Adapun percampuran agama-agama tersebut, yaitu agama Mesir yang menyembah Dewi Isis dan dewa Osiris, agama Siria yang menyembah Dewa Baal, agama Persia yang menyembah Dewa Mitras dan Agama Asia yang menyembah dewi kibele; dan filsafat Plato tentang dunia “idea” dan ditambah lagi dengan konsep pemikiran tentang keselamatan dari agama Kristen. Denga demikian wujud Gnotisisme pada hakikatnya adalah sinkritisme yang dualistis panteistis.[36]
Dasar dari gnostik ini adalah paham yang berdasarkan dualisme. Mereka membagi kosmos ini menjadi dua bagian. Pertama adalah bagian dunia rohani (yang tidak nampak) dan kedua adalah bagain yang materi (yang nampak). Dunia rohani adalah dunia yang baik dan sempurna, tempat terakhir dari kehidupan manusia. Dunia materi adalah dunia yang jahat dan sangat hina. Dunia materi inilah yang mengikat dan menghalangi manusia untuk mencapai kebahagian dan kesempurnaan hidup. Sebab itu, jika seseorang mau diselamatkan untuk mencapai dunia Rohani yang baik dan sempurna, maka perlulah ia melepaskan diri dari dunia materi ini. Cara dan alat untuk melepaskan diri dari ikatan hanya ada satu, yaitu: gnosis (pengetahuan).
Gnosis adalah  suatu hikmat tinggi yang bersifat rahasia dan merupakan whyu Allah yang khusus. Tidak sembarang orang boleh mendapat “Pengetahuan” ini, melainkan hanya orang yang disayangi dan memperoleh rahmat Allah. Dengan pengetahuan (Gnosis) yang dimiliki ini, barulah orang dapat melawan godaan dari dunia materi dan menuntut kehidupan askese, yaitu hidup bertarak, menahan diri, mematikan hawa nafsu dan juga hidup menyiksa diri. Dengan demikian, jelas Gnostisisme adalah bentuk lain dari bidat Askestisme. Mereka mebagi manusia menjadi tiga bagian; 1) Pneumatokhoi (roh), 2) Psychikoi (jiwa), 3) Sarkikoi (tubuh). Orang yang bersifat tubuh (dunia) tidak akan memperoleh keselamatan, hanyalah mereka yang bersifat Rohani diselamatkan, karena mereka memiliki “pengetahuan” sedangkan orang yang bersifat jiwani, hanya memiliki pengharapan untuk diselamatkan.
Orang-orang Gnostik mengakui Allah yang mahatinggi yang disebbtu dengan sophia (hikmat). Allah yang maha tinggi ini menguasai dunia yang maha terang, tetetapi tidak mempunyai sangkut-paut dengan dunia materi. Allah ini bukanlah Allah yang terdapat dalam perjanjian Lama, tetetapi Allah lebih tinggi dan agung dari Allah yang disebut dalam perjanjian Lama. Allah pencipta dalam perjanjian Lama dikenal dengan sebutan “Demiurgos” (Pencipta dunia).[37] Ia sang pencipta dunia yang jahat ini. Mereka mengakui Yesus sebagai pernyataan dari whyu Allah yang maha tinggi, tetetapi menolak Yesus sebagai Kalam Menjadi Manusia. Karena anggapan mereka bahwa dunia inijahat, sebab itu kehadiran Yesus dalam dunia hanya merupakan khayalan saja, bukan benar-benar menjadi manusia sejati. Dengan kata lain, mereka hanya mengakui Yesus sebagai isi dari iman kepercayaan mereka, tetetapi buka Yesus dalam Sejarah. Kesalaha yang dilakukan adalah mereka mau menyesuaikan ajaran Alkitab dengan teori mereka, sehingga menafsir Alkitab secara Alegoridengan tanpa mengenal batas.
2.      Paham Sinisme
Sinisme adalah ajaran yang timbul dan tumbuh berdasarkan ajaran Socrates. Ajaran Socrates adalah ajaran yang menetang para Sofis. Ia membela yang baik dan membela yang benar sebagai nilai-nilai obyektif yang harus diterima dan di junjung tinggi oleh semua orang. Dalam sejarah manusia, socrates merupakan contoh istimewa selaku filsuf yang jujur serta berani. Sebenarnya ia tidak memiliki sebuah ajaran yang sistematis. Keaktifannya, demikian katanya sendiri, dapat dibandingkan dengan pekerjaan seorang bidan. Tetetapi dia tidan menjadi bidan yang membatu oorang bersalin, tetetapi membidani jiwa-jiwa.[38] Denga tidak pandang bulu dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siapa saja yang ia temui  dijalan, supaya ditampilkan pengethuan yang benar dan yang baik yang terkandung dalam batin para warga Athena pada saat itu.
Sinisme lahir dari ajaran Socrates, maka tidak salah lagi paham ini mengajarkan bahwa orang dengan kebutuhan yang sederhanaakan bertahan dalam keadaan yang sangat mengecewakan mereka mempunyai keinginan yang berlebihan. Para penganut sinisme menganggap bahwa kejujuran (moral) yang sempurna ialah tidak mempunyai keinginan sama sekali. Untuk memerdekaan diri dari semua keinginan mereka berusaha untuk menghilangkan keinginan. Mereka membuang semua norma dan kebiasaan dan menjadi seorang induvidualis sejati.
Penganut sinisme sering berlaku  urakan dan tidak senonoh hanya untuk menunjukan bahwa mereka “lain”. Mungkin kecaman socrates pada Antithenes, pendiri sinisme, adalah suatu analisa yang paling mengena yang pernah dibuat orang mengenai selurih gerakan ini. Ungkapannya seperti demikian; “Aku dapat melihat keangkuhanmu,” katnya, “melalui lubang-lubang pada jubahmu.”
Sinisme adalah salah satu kelompok yang menyatakn diri mereka adalah kelompok paling benar dari semua kelompok yang ada. Merusak gereja dengan pandangan mereka dan memasukan sebuah ajaran yang menentang kemerosotan moral, tetetapi tidak mau mencari kebenaran dibalik semua kebenaran yang ada pada Dunia ini. Menyatakan diri antikristus juga menentang Filosofi-filosofi yang sudah ada bebera abad sebelum adanya gerakan ini.


3.      Paham Anti-resureksionisme
Bidat ini sudah mulai berkembang dan mengembangkan sayapnya pada pertengahan abad pertama. Karena bidat ini sudah ada sebelum surat Rasul Petrus dituliskan maka, bidat ini adalah bidat yang sudah populer ditelingah para jemaat Tuhan. Anti-resureksionisme ini mempunyai arti tidak percaya dengan adanya kebangkitan Yesus Kristus, karena paham ini didasari oleh ketidak percayaan akan kebangkitan Manusia. Paham ini datang bukan dari orang luar Israel tetetapi adalah partai polotik yang cukup ambil andil dalam bagian politik bangsa Israel. Mereka adalah kaum Saduki yang adalah salah satu orang yang dipandang baik dalam orang Israel sendiri.
Nama dan asal usul golongan Saduki juga diperdebatkan.[39] Nama itu pernah dikatakan berasal dari Zadok, atau yang sezaman dengan Salomo yang keturunannya dipandang sebagai garis keimaman murni ( Yeh 44:15 dab; Yeh 48:11) atau seorang yang diduga pendiri atau pemimpin mula-mula golongan itu (pernyataan dlm Aboth of Rabbi Nathan 5 bahwa Antigonos dari Soko mempunyai dua murid, Zadok dan Boethus, yang terjerumus ke dlm penyesatan, mungkin sekali tidak mempunyai dasar historis). Tetapi keluarga imam besar Hasmonean yang sedang memerintah bukanlah kaum Zadok (1 Makabe 2:1; 14:29), dan ‘d’ ganda baik dalam bentuk Ibrani maupun Yunani pada nama itu sulit diberi keterangan jika nama itu dijabarkan dari Zadok. T. W Manson menyarankan suatu jabaran dari Yunani syndikoi, ‘pengawas fiskal’ (’ d’ ganda itu dijelaskan sebagai akibat dari asimilasi ‘n’). Hubungannya dengan kata tsaddiq, ‘benar’, mungkin merupakan persamaan huruf hidup berdasarkan bunyi.
Empat macam teori mengenai asal usul golongan Saduki dengan ringkas digambarkan sebagai berikut. M. H Segal, mengikuti Wellhausen, berpikir bahwa mereka terutama suatu partai politik, berasal dari kaum Helenis Yahudi. G. H Box, mengikuti Geiger, berpendapat bahwa mereka adalah partai agama, dan bahwa beberapa dari ahli Taurat di dalam Kitab-kitab Injil adalah ahli kitab Saduki. L Finkelstein berpendapat, bahwa mereka dulunya adalah suatu badan ningrat pedesaan, sebagai lawan bagi Farisi yang urban. T. W Manson beranggapan, bahwa mereka pada mulanya pejabat-pejabat’negara (lih di atas). Dalam ihwal tingkah laku kaum Saduki agak tidak berbudi. Kasar terhadap bangsawan seperti terhadap orang asing. Dan mereka menganggap kebajikan bila berdebat dengan guru-guru mereka. Mereka tidak mempunyai pengikut di kalangan rakyat, melainkan terbatas pada kaum kaya. Mereka lebih keras dalam penghakiman ketimbang Yahudi lainnya. Banyak, tetapi tidak semua, dari para imam berasal Saduki; namun hampir semua orang Saduki ternyata menjadi imam, terutama keluarga-keluarga imam yang amat berkuasa. Di kalangan kaum Hasmonean yang mula-mula, beberapa orang Saduki memegang jabatan di gerousia (’ senat’ atau Sanhedrin).
Yohanes Hirkanus, yang merasa dihina oleh desakan Eliazar, anggota perutusan Farisi, supaya mengundurkan diri dari jabatan imam agung yang dipegangnya, beralih pihak dari Farisi kepada Saduki. Kaum Saduki menikmati dukungan para penguasa Hasmonean sampai masa pemerintahan Salome Aleksandra (76-67 sM), yang lebih menyukai kaum Farisi. Di bawah Herodes dan orang Romawi kaum Saduki menguasai Sanhedrin. Partai itu surut bersamaan dengan penghancuran Bait Allah pada thn 70. Bahkan Yosefus mengatakan, bahwa ketika masih berkuasa, kaum Saduki karena takut terhadap rakyat, terpaksa bekerja sama dengan kaum Farisi.
Dalam agama kaum Saduki ditandai oleh konservatisme mereka. Mereka menyangkal keberlakuan yang mantap dari apa pun kecuali hukum-hukum tertulis dari Pentateukh. Mereka menolak ajaran-ajaran yang kemudian tentang jiwa dan kehidupan sesudah kematian, kebangkitan, pahala dan imbalan, malaikat dan setan-setan. Mereka percaya bahwa nasib tidak ada, karena manusia memiliki pilihan bebas tentang baik dan jahat; kemakmuran dan nasib malang merupakan hasil dari perbuatan sendiri.
Anti atau untuk melawan bidat ini, rasul Paulus khusus menulis 1 Kor 15 untuk memberi apologi tentang kebangkitan dan arti dari kebangkitan. Sebab itu dengan agak emosional ia mengatakan “sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika (Misalnya) Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah keperecayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaru harapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.” (1 kor 15:17-19). Ayat ini sengajah dituliskan oleh rasul Paulus untuk menentang akan ajaran ini. Karena mereka adalah racun bagi orang-orang percaya pada saat itu. Mengajarakan ketidakpercayaan akan kebangkitan maka ini sama saja tidak mengakui akan kebangkitan dari Yesus Kristus, padahal dalam dogma orang percaya dari abad pertama sampai sekarang, keselamatan datang dari kebangkitan kematian Yesus Kristus dan pembuktian bahwa Yesus adalah Tuhan.
Di Asia juga ada yang menyebarkan ajaran sesat ini. Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus menyinggung dua nama yang disebut sebagai penyebar ajaran sesat itu. Paulus mengatakan, “ perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Diantaranya mereka termasuk Himenius dan Filetus, yang menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang.” (2 tim 2:17). Tanggapan yang diberi rasul Paulus sangat besar artinya bagi gereja mula-mula, karena kebenaran tentang kebangkitan adalah inti dari iman Kristen. Jika inti iman ini dihancurkan, ibarat banguna yang dihancurkan dasarnya, dan sudah pasti kita mengetahui bagaimana kehancuran yang terjadi manakala dasar bangunan tersebut dihancurkan.
4.      Paham Nomianisme
Nomianisme adalah bidat yang pertama-tama muncul dalam sejarah gereja. Bidat ini muncul tatkala Paulus dan Barnabas berada di Anthiokhia, Siria. Bidat yang dianuut oleh orang-orang Kristen Yahudi ini berpendapat bahwa jika seseorang mau diselamatkan, khususnya orang kafir haruslah disunat, menerima hukum taurat, dan masuk menjadi penganut agama Yahudi. Mereka tidak menyangkal keselamatan berdasarkan anugerah dan iman tetetapi dianggap belum cukup dan perlu ditambah dengan melakukan hukum taurat. Orang-orang Yahudi mempunyai pandangan demikian, mungkin disebabkan agama Yahudi yang menjadi keyakinan sebelum menjadi Kristen tealah mendarah daging dalam dirinya, sehingga pengaruh agama Yahudi, baik secara sadar maupun tidak tetap dominan dalam kehidupan keagamaan mereka.
Tuhan Yesus memberi makna keselamatan hanya oleh percaya kepada-Nya. Disamping itu, keselamatan didalam Yesus hanya dengan anugerah dan iman bagi mereka itu dinilai terlalu mudah dan murah, tetetapi didalam agama mereka sebelumnya demikian sulitnya; sehingga timbul kesan akuratnya keselamatan hanya berdasarkan anugerah dan iman, sebab itulah perlu ditambah dengan melaksanakan hukum taurat. Munculnya ajaran ini menimbulkan keresahan didalam tubuh jemaat Tuhan yang relatif masih berusia muda. Pimpinsn gereja yang berada di Yerusalem menganggap masalah ini akan menjadi serius, jika tidak ditanggulangi sedini mungkin.[40] Oleh karena itu, dalam sejarah untuk pertaman kalinya gereja menyelenggarakan konsili atau konferensi atau lebih akrab lagi dengan persidangan sinode dengan tujuan mengambik tempat di Yerusalem. Disini pula untuk pertma kalinya teolog-teolog Kristen mengadakan perdebatan tentang teologi Kristen yang kemudian mengahasilkan doktrin Kristen ortodoks atau ortodoksisme.
Konferensi yang diadakan akhirnya menghasilkan keputusan yang kemudian dibacakan oleh rasul Petrus dengan penjelasan, “  Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga." (Kis 15:7-11).
Hasil sidang dari beberapa penjelasan diatas akan paham nomianisme, penulis menyimpulkan bahwa keselamatan yang Yesus kerjakan memang benar berdasarkan anugerah dan kasih-Nya akan dunia yang penuh dosa sehingga Ia berikan nyawa-Nya kepada dunia. Ini bukti bahwa keselamatan yang kita peroleh ketika kita percaya kepada Kristus Yesus telah dikerjakan oleh Yesus sendiri dikayu salib. Mungkinkah keselamatan yang kita peroleh itu berdasarkan usaha kita? Satu hal yang harus kita ketahui. Usaha kita bukanlah sesuatu yang akan menyelamatkan kita tetetapi karena Yesus sendiri yang menyelamatkan kita.
PENGARUH BIDAT DI PASAL 2 PETRUS 2:1-3
Pengaruh yang timbul akibat dari ajaran Bidat nampak jelas membuyarkan pengetahuan Iman Kristen. Sehingga ada yang tidak lagi mengetahui akan ajaran Kristen sebenarnya. Dalam sesi kuliah Dogmatika, Pendiri selaku Pimipinan harian STTS Salatiga Bpk. G.A. Pandjaitan, M.Th, beliau mengemukakan sbb ; Banyak dari kita mengaku penganut Agama Kristen, tetetapi kita tidak mengerti apa itu Kristen, bisa jadi ketika kita menyampaikan Firman bukan lagi Alkitab yang kita jelaskan, Kita sampaikan Yesus tetetapi bukan Yesus yang di Alkitab yang kita Jelaskan, bukan lagi Firman Tuhan yang perdengarkan.”[41] Penulis mengingatkan kepada pembaca bahwa beberapa hal yang akan diterang penulis selanjutnya adalah pembuktian bahayanya pengaruh dari bidat-bidat di abad pertama dalam perkembangan Kekristenan yang masih belum begitu kuat dan teguh.
1.      Pemahaman yang salah akan panggilan Allah
Bidat pada Abad pertama mempunyai cara kerja yang begitu apik. Bukan hanya itu mereka begitu teroragnisir dalam membangun strategi untuk menhacurkan kubuh Ajaran Rasul-rasul. Apalagi latar belakang dari beberapa Rasul-rasul tidaklah begitu baik dalam pandangan orang Yahudi, maka dari itu mereka menyerang pemahaman orang-orang Kristen. Panggilan Allah adalah mutlak untuk orang Yahudi bukan orang-orang diluar Yahudi. Inilah satu penyebab perpecahan dari orang-orang Yahudi Kristen.
Rasul-rasul menjelaskan bahwa keselematan sudah dikerjakan oleh Kristus Yesus. Tetetapi para bidat menjelaskan, bagaimana mungkin seorang manusia yang hidup didunia ini  disebut Tuhan, apakah Tuhan bisa menjadi Manusia, agar supaya menyelamatkan Manusia? Belum lagi kata-kata hujatan yang begitu mereka layangkan kepada orang-orang Kristen, bahwa bagaimana mungkin kita selamat tanpa berbuat baik sementara kita ini masih hidup didunia maka dari itu kita harus melakukan Dengan baik Hukum Taurat Tuhan, dan tanpa hukum Taurat maka kita akan tetap disebutkan kafir dan lebih dari itu mereka menekan orang-orang Kristen untuk kembali kepada ajaran-ajaran Keyahudian mereka.
Surat 2 Petrus menerangkan akan pentingnya panggilan Allah dalam hidup kita ini. Orang-orang Kristen yang berada di Asia Kecil bukanlah orang-orang yang berlatar belakang orang yang bodoh, kurang mampu, dan kurang memberi perhatian terhadapa ajaran Rasul-rasul. Mereka begitu memberi perhatian akan ajaran Rasul Paulus, Petrus, Yohanes dan juga penerus dari Rasul-rasul tersebut. Tetetapi seperti yang sudah dijelaskan bahwa bidat-bidat yang hadir bukan saja dari golongan Yahudi, melainkan juga golongan Yunani yang mendorong untuk kekbali kepada ajaran-ajaran agama mereka sebelumnya.
Kita telah memahami apa yang diajarkan oleh para Rasul dan perjuangan mereka dalam menyebarkan Injil kebenaran. Didalam 2 petrus 1:3-4, Petrus menekankan bahwa seharusnya kita tidak buyar oleh panggilan Tuhan kepada kita untuk menerima Janji-Janji Tuhan lewat Anugerah Tuhan. Kita telah diselamatkan Yesus Kristus lewat karya salibnya, maka dari itu perlunya kita memahami akan panggilan Ilahi yang mendorong kita kepada Panggilan Allah yang Kodrati terhadap orang Percaya.
 Pemahaman orang-orang Kristen harus dibenahi terlebih dahulu oleh surat 2 Petrus. Ini disebabkan oleh karena  telah terkontaminasinya orang-orang percaya dalam memahami panggilan Tuhan. Maka dari itu Rasul Petrus kembali menerangkan akan maksud dan tujuan Kristus menyelamatkan orang-orang Percaya pada waktu itu. Agar supaya mereka mampu memahami akan arti dari panggilan Tuhan untuk benar-benar sepenuhnya dalam memahami Panggilan Tuhan dalam Yesus Kristus.
2.      Kesalahan dalam memahami Umat Pilihan Allah
Bidat mengajarkan bahwa Umat pilihan Allah hanya diperuntukan kepada orang Yahudi. Tidak ada bangsa dan Umat pilihan Allah selain orang-orang Israel. Orang Israel yang layak menerima janji-janji Tuhan. Kepercayaan ini sejak semula diklaim oleh orang Yahudi, karena mereka percaya bahwa umat pilihan Allah muncul dari keturunan Abraham,Ishak,dan Yakub, selain dari pada itu tidak ada satu bangsa atau bangsa-bangsa lain selain Israel akan memperoleh janji-janji barkat dari Allah yang sama orang kristen percaya.
Tuhan Yesus mengajarkan kepada umat, siapa yang percaya kepada Dia pasti memperoleh janji-janji Allah Israel. Statmen ini bagi orang Yahudi adalah suatu bentuk hujatan kepada Allah Israel karena mereka percaya bahwa tidak ada Allah lain di dunia ini selain Allah yang mereka sembah dan percayai. Apalagi informasi yang mereka dapat dari sejumlah orang tentang Yesus menyatakan bahwa Yesus datang dari daerah Nazaret. Nazaret dikenal dengan daerah yang terlalu kolot untuk pengetahuan budaya bahkan dalam politik. Ini disebabkan karena geografis kota Nazaret yang terlalu terpencil dari pusat ibu kota Israel yaitu Yerusalem. Mereka lupa bahwa itu bagian dari nubuatan Allah bagi mereka sendiri.
Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan setiap orang percaya kepada Dia. Kebenaran ini harus kita pertahankan karena inilah prinsip bahkan menjadi filosofi hidup orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Umat pilihan Allah memang dari awal diperuntukan bagi orang Israel. Tetetapi dalam surat 2 Petrus 1 : 5-8, Rasul Petrus menekankan bahwa sebagai umat pilihan Allah kita harus mengerti sampai betul-betul kita mengenal Allah yang kita sembah itu. Bandingkan dengan 1 Petrus 2 : 9-10; “Tetetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:  kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
Rasul Petrus dalam suratnya yang pertama sudah menekankan akan arti dari umat pilihan Allah. Jadi, semestinya sebagai orang percaya kita harus mempunyai pengetahuan yang benar, dalam ketekunan kita, bahkan pengiringan kita harus memiliki iman yang benar sehingga kita mengimani bahwa kita inilah umat yang sudah dipilih dan kitalah juga layak untuk menerima berkat dari Tuhan bahkan disebut juga keturunan Abraham walaupun kita tidak sepenuhnya mempunyai darah dari bangsa Israel tulen, tetetapi lewat kepercayaan kita kepada Yesus Kristus kita memperoleh gelar yang sama yang disebut umat pilihan Allah.
3.      Keragu-raguan terhadap kemesiasan Yesus Kristus
Bangsa Israel adalah bangsa yang menganut paham teokrasi. Bagi mereka paham ini adalah dasar paham politik mereka, semenjak mereka mendesak Nabi-nabi Allah yang adalah saluran perintah Allah untuk mengangkat seorang pemimpin yang mampu memimpin mereka secara kasat mata. Dalam sejarah Alkitab menjelaskan bahwa hanya satu dari sekian raja-raja diseluruh tanah Israel hanya Daud-lah yang dikenang sebagai raja Israel. Setelah Daud tidak lagi memimpin, banyak polemik yang terjadi dalam politik bangsa Israel antara lain, mereka harus menjalani kehidupan dipembuangan di Babel selama 70 tahun.
Bangsa Israel merupakan bangsa yang tegar tengkuk. Ketegartengkukan mereka yang mengakibatkan Tuhan harus menghukum mereka, tetetapi Tuhan tidak serta-merta meninggalkan mereka. Bangsa Israel mempunyai satu kepercayaan bahwa Allah akan menepati janji-Nya untuk mengirim satu utusan yang mereka tahu sebagai penyelamat mereka. Bagi mereka, penyelamat disebut sebagai Mesias. Mereka percaya Mesias inilah yang akan menyelamatkan mereka dalam segi kehidupan mereka (secara jasmani dan rohani bahkan politik).
Beberapa ratus tahun kemudian, setelah pembuangan mereka kembali dijajah oleh bangsa Romawi. Kemungkinan besar mereka kembali teraniaya sesaat penjajahan itu. bangsa Israel semakin terpuruk, para Iman yang memimpin agama Yahudi pada saat itu tidak lagi mencerminkan pemimpin rohani yang baik, pemimpin-pemimpin rohani pada saat itu lebih cenderung memikirkan hal yang bersifat materi dari pada yang rohani. Inilah yang menyebabkan kemerosotan bangsa Israel dalam kerohanian mereka. Tetetapi satu hal yang mereka percaya bahwa Allah tetap berjanji untuk mengutus Mesias kepada mereka.
Tuhan Yesus Kristus adalah Mesias yang Allah utus sendiri untuk menyelamatkan bangsa Israel. Pengakuan Yesus sebagai Mesias inilah yang menyebabkan banyak tokoh-tokoh agama Yahudi kurang menyetujui, karena pengakuan Yesus yang dinilai kontroversial. Bagi mereka Yesus hanyalah manusia biasa, sama dengan orang Israel pada umumnya. Hanya saja, Yesus mempunyai karunia khusus yang diberikan oleh Allah untuk membentuk moral, kerohanian, dan mengembalikan pengenalan yang benar kepada Allah. Tetetapi, karena Yesus mengakui Dia Tuhan, bagi pemimpin agama ini adalah suatu hujatan kepada Allah yang Maha Tinggi.
Rasul Petrus dalam suratnya yang kedua menekankan Yesus-lah Mesias sesungguhnya (2 Petrus 1:17). Jemaat di Asia kecil hampir-hampir terkontaminasi dengan pengajaran bidat yang menyatakan bahwa Yesus bukanlah Mesias. Dengan surat Rasul Petrus yang kedua ini tidak bisa lagi kita pungkiri bahwa Yesuslah Mesias yang Tuhan janjikan itu. Kalau bukan Yesus, mengapa iman yang Dia ajarkan masih berkembang bahkan bertumbuh dari masa ke masa sampai detik ini Kekristenan tak  pernah padam. Satu penekanan yang penulis mau sampaikan bahwa harus kita mengerti, pengorbanan Yesus dikayu salib adalah puncak dari pembuktian Kemesiasan Yesus.
4.      Paham yang salah akan kedatangan Tuhan yang kedua kali
 Ajaran Alkitab tentang eskatologi (ajaran tentang Akhir Zaman) tidak hanya mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tetapi juga sejarah manusia. Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diriNya melalui orang-orang yang mendapat ilham, tetapi juga dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang membebaskan umat-Nya (bh Jerman Heilsgeschichte), dan peristiwa yang terpenting dari semuanya ialah kedatangan AnakNya Yesus Kristus. Selanjutnya, isi dari penyataan ini tidak terbatas pada kebenaran-kebenaran mengenai sifat dan tujuan Allah, tetapi mencakup juga tindakan-tindakan pelepasan umat-Nya dan firman yang diilhamkan yang menafsirkan makna tindakan-tindakan tersebut. Karena Allah ialah Tuhan atas segala peristiwa sejarah, maka penggenapan dari karya pelepasan oleh Allah mencakup juga pelepasan manusia dari sejarah, artinya, perubahan tata tertib dunia ini menjadi suatu dunia yang baru.
Dalam inkarnasi Yesus Kristus PB melihat sebagian pengharapan PL telah digenapi, dan dalam kedatangan-Nya yang kedua kali kelak penggenapan seutuhnya pengharapan itu. Apa yang menurut pengharapan PL akan terjadi dalam satu ‘Hari’, menurut PB digenapi dalam dua hari. Penggenapan pendahuluan dan penggenapan purna adalah dua bagian dari hanya satu pekerjaan pelepasan. Walaupun nada penggenapan sudah berkali-kali dicanangkan dalam PB ( Luk 4:18-21; 10:23-24;  Mat 11:4-5; 13:16-17) namun penggenapan purna itu masih pada masa datang. Justru pekerjaan Yesus pada kedatangan-Nya yang pertama berciri akhir zaman, dan berkat-berkat yang dikaruniakan-Nya ialah berkat yang berciri akhir zaman. Dalam PB ada unsur akhir zaman yang sudah menjadi nyata (Inggris ‘realized eschatology’).
Hidup, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus memulai penggenapan zaman Mesias, walaupun dalam bentuk yang belum pernah diharapkan. Menurut  Ibr 1:2 ‘zaman akhir’ sudah di sini sekarang, yaitu hari-hari yang akan melihat berdirinya Kerajaan Allah ( Yes 2:2-4;  Hos 3:5), sudah disini sekarang ( Ibr 1:2). Janji tentang pencurahan Roh Kudus yang akan terjadi pada akhir zaman (Ibr 12:28;  Yeh 36:27) sekarang sudah terjadi ( Kis 2:16-17). Tetapi, zaman yang akan datang masih tetap dianggap sebagai saat menerima hidup yang kekal ( Mr 10:30), dan di seluruh PB Kerajaan Allah tetap merupakan pokok pengharapan (mis  Mat 12:32;  Luk 20:35;  Yoh 12:25;  Ef 1:21), walaupun kekuasaannya dalam batas tertentu dapat dialami kini ( Ibr 6:5). Hari penggenapan purna harus datang untuk membawa kepenuhan berkat-berkat akhir zaman yang kini dikecap baru sebagian. Jadi peristiwa-peristiwa yang menyertai kedatangan Yesus yang kedua kali tidaklah mengantarkan berkat yang sama sekali baru. Apa yang dikerjakan Yesus pada saat kematian dan kebangkitan-Nya akan digenapi tuntas seutuhnya pada saat Ia datang kelak dalam kemuliaan.
Saat penggenapan pendahuluan sudah terjadi dalam dunia lama. Justru kita hidup dalam ketegangan dan persengketaan antara dua zaman. ‘Anak-anak Kerajaan’ ( Mat 13:38) masih hidup dalam ‘dunia jahat’ ( Gal 1:4) yang mengalami kegelapan, kefanaan dan kuasa Iblis ( Ef 2:2-3). Sedang Allah yang berdaulat ialah Raja segala bangsa ( Why 15:3), Ia masih membiarkan Iblis menjalankan pengaruh sehingga Iblis disebut’ilah zaman ini’ ( 2Kor 4:4). Walaupun Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya, telah mengalahkan kekuasaan Iblis ( Yoh 12:31;  Ibr 2:14), namun selama dunia ini ada, Iblis akan terus menentang tujuan pelepasan Allah dan menganiaya umat Allah. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah zaman ini, mencerminkan perang rohani antara kejahatan Iblis dan Kerajaan Allah ( Why 12). Umat Allah dalam zaman ini bersifat umat akhir zaman, sebab mereka sudah dipindahkan dari kerajaan kegelapan ke dalam Kerajaan Anak Allah, yaitu Kristus ( Kol 1:13). Mereka telah mengalami suatu kuasa yang mengubah, dan berdasarkan itu mereka tidak lagi dalam kekuasaan dunia ini ( Rom 12:2); mereka hidup dalam pengharapan yang mantap akan penggenapan purna ( Rom 5:2; 8:18;  Ef 4:4;  Kol 1:5,27). Kendati demikian, karena masih hidup dalam dunia lama, pada dasarnya mereka senantiasa terbuka terhadap penganiayaan ( Mat 13:21;  Yoh 16:33;  Kis 14:22;  Rom 12:12) dan perlawanan dari pihak Iblis ( 2Kor 11:14; 12:7;  Ef 6:11-12;  1Pet 5:8).
Perlawanan Iblis yang sepanjang masa terhadap Kerajaan Allah akan memuncak dalam penampilan suatu sosok pada akhir zaman, yang dilukiskan dengan berbagai istilah sebagai ‘Pembinasa keji’ ( Mat 24:15; bnd  Dan 11:31; 12:11), ‘manusia durhaka’ ( 2Tes 2:3), dan ‘binatang’ ( Why 13:1). Ia akan diilhami dan diberi kuasa oleh Iblis untuk melakukan tanda-tanda yang menakjubkan ( 2Tes 2:9;  Why 13:3,13) untuk memikat kekaguman umat manusia. Dia akan merupakan penguasa politik yang akan memakai agama demi tujuannya yang bersifat menghujat Allah, dengan menuntut manusia beribadah kepadanya dan bukan kepada Allah ( 2Tes 2:4;  Why 13:8,12). Ia akan menuntut ketaatan mutlak — baik berupa agama maupun politik dari warga negaranya, dan akan mengenakan sanksi ekonomi untuk memaksakan kepatuhan ( Why 13:16-17).
Orang-orang yang tidak mau tunduk akan dianiaya dengan keji sekali oleh Antikristus ( Mat 24:21;  Why 13:7). Begitu ganasnya siksaan dahsyat itu ( Mat 24:21), sehingga Allah akan campur tangan untuk mempersingkat hari-hari itu ( Mat 24:22) demi keselamatan orang-orang pilihan. Mereka yang tetap teguh pada iman mereka dalam Kristus, yang menolak untuk menyembah binatang itu, akan menang terhadapnya, baik dalam kematian atau dalam maut martir sekalipun ( Why 15:2).
Penampilan Antikristus dan penyiksaan orang-orang kudus merupakan serangan terakhir dari Iblis terhadap umat Allah. Sebelum itu Antikristus dilukiskan dalam beberapa saat yang pelik pada perjalanan sejarah umat Allah yang sedang ditebus: pada waktu penyiksaan di bawah Antiokhus Epifanes pada thn 169 sM ( Dan 8); pada waktu keruntuhan negara Yahudi oleh Roma ( Dan 9:26b;  Luk 21:20-24); pada waktu penyiksaan gereja perdana ( Why 13). Dapat dikatakan, Antikristus adalah suatu gejala akhir zaman, yang tampak baik pada akhir zaman maupun sepanjang sejarah manusia ( 1Yoh 2:18,22; 4:3). Hal ini — bahwa gejala-gejala akhir zaman tampil sepanjang sejarah manusia — ialah ciri khas eskatologi Alkitab.
Masa penyiksaan ini akan menyaksikan pula permulaan penghakiman Allah atas Iblis dan pengikutnya. Why menerangkan penghakiman ini di bawah bentuk lambang, seperti 7 sangkakala ( Why 8; 9) dan 7 cawan ( Why 16). Hukuman ini terdiri dari tulah dan malapetaka yang menyatakan murka Allah ( Why 15:1,7; 16:19), ditujukan kepada binatang itu dan para penyembahnya ( Why 14:9,10; 16:2,10). Sebelum hukuman ini mulai diberlakukan, Allah akan memeteraikan umat-Nya ( Why 7:1-8) yang akan dilindungi dari murka-Nya ( Why 9:4) dan akan terlindung dalam perjuangan yang mengerikan melawan kekuasaan Iblis, walau mengalami kematian sebagai martir ( Why 7:9-17). Banyak ahli melihat dalam  Why 7 dua kelompok umat Allah yang berlainan, yaitu keduabelas suku Israel dalam arti harfiah, dan orang banyak yang tidak terkira dari Gereja Kristen. Tetapi ahli yang lain, dengan alasan bahwa daftar keduabelas suku yang disebut dalam  Why 7:1-8 tidak pernah muncul di tempat lain dalam Alkitab (dlm  Why 7 suku Dan tidak termasuk walaupun tercakup dlm  Yeh 48:1 barangkali merupakan latar belakang pemikiran penulis Why), menafsirkan nas ini sebagai nubuat simbolis tentang pelindungan secara rohani terhadap gereja, yaitu Israel sejati (bnd  Why 2:9).
Hari Tuhan akan mengakhiri pemerintahan Antikristus yang singkat itu ( 2Tes 2:2). Dalam PB ‘Hari Tuhan’ ialah suatu ungkapan yang bersifat meraup pengertian semua peristiwa, yang akan menyertai penggenapan puma. Ungkapan ini mempunyai berbagai bentuk: ‘Hari Tuhan’ ( Kis 2:20;  1Tes 5:2;  2Tes 2:2;  2Pet 3:10); ‘Hari Tuhan Yesus’ ( 2Kor 1:14); ‘Hari Tuhan kita Yesus Kristus’ ( 1Kor 1:8); ‘Hari Kristus Yesus’ ( Fili 1:6); ‘Hari Kristus’ ( Fili 1:10; 2:16); ‘Hari Allah’ ( 2Pet 3:12); ‘hari itu’ atau ‘hari terakhir’ ( Mat 7:22; 24:36; 26:29;  Luk 10:12;  2Tes 1:10;  2Tim 1:18 dab); ‘akhir zaman’ ( Yoh 6:39,40,44,54; 11:24; 12:48).
Kedatangan Kristus kelak, yang juga dapat disebut ‘kedatangan-Nya sekali lagi’ ( Ibr 9:28) digambarkan dalam PB dengan berbagai kata yang penting. Parousia, artinya kehadiran atau ketibaan ( 1Kor 14:27;  2Kor 7:7), dalam percakapan Yunani dipakai untuk mengartikan kunjungan seorang penguasa.[42] Yesus yang sama, yang naik ke sorga, akan datang lagi ke bumi dalam kehadiran diriNya ( Kis 1:11) pada akhir zaman ( Mat 24:3) dalam kekuasaan dan kemuliaan ( Mat 24:27) untuk memusnahkan Antikristus dan kejahatan ( 2Tes 2:8), untuk membangkitkan orang-orang mati ( 1Kor 15:23), untuk mengumpulkan orang-orang yang ditebus ( Mat 24:31;  2Tes 2:1; bnd juga  Mat 24:37,39;  1Tes 2:19; 3:13; 4:15; 5:23;  Yak 5:7-8;  2Pet 1:16;  1Yoh 2:28).
Kedatangan-Nya kelak akan merupakan juga suatu apokalipsis (= pembukaan tabir) bilamana kekuasaan dan kemuliaan yang sekarang sudah dimiliki-Nya berdasarkan peninggian-Nya di sorga ( Fil 2:9;  Ef 1:20-23;  Ibr 1:3; 2:8) akan dinyatakan kepada dunia ini ( 1Pet 4:13). Kristus memerintah sekarang sebagai Tuhan di sebelah kanan Allah ( Why 3:21), tetapi pemerintahan-Nya tidak kelihatan kepada dunia ini. Pemerintahan ini nanti akan dinyatakan melalui apokalipsis (= penyataan-Nya,  1Kor 1:7;  2Tes 1:7;  1Pet 1:7,13). Jadi kedatangan Kristus yang kedua kali kelak tidak dapat dipisahkan dari kenaikan-Nya ke sorga dan kedudukan-Nya di sebelah kanan Allah Bapak, sebab hal itu akan mengungkapkan ke-Ilahi-an-Nya yang sekarang kepada dunia ini. Kata ketiga, yaitu epiphaneia (= penampakan), berarti bahwa kedatangan-Nya itu akan kelihatan ( 2Tes 2:8;  1Tim 6:14;  2Tim 4:1,8;  Tit 2:13).

 Kesimpulan
Akhir dari Karya tulis yang berjudulkan “Eksposisi Surat 2 Petrus 3:1-3”, penulis memaparkan kesimpulan secara singkat dan padat guna memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai Karya Tulis ini. Berdasarkan materi yang penulis ajukan dan telaah maka penulis menarik kesimpulan bahwa ;
1.      Kehidupan Kekristenan tidak lepas dengan namanya penyesatan oleh pengajar-pengajar sesat.
2.      Dari masa ke masa reaksi pengajar sesat akan semakin antusias untuk merusak kehidupan kerohanian orang percaya dari segala segi kehidupan mereka.
3.      Serangan pengajaran Bidat seperti Racun yang terus merusak bagian-bagian kehidupan Rohani Orang-orang Percaya.
Jadi dengan kesimpulan ini, penulis ingin menekankan bahwa peran Bidat selalu ada disekitar orang-orang Percaya.

DAFTAR PUSTAKA
1.                  G1..R. Evans, Sejarah Singkat Bidah, BPK gunung mulia, jakarta, 2011
2.                  Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, BPK gunung mulia, jakarta, 1967
3.                  Prof. S. Wismoady Wahono ph.D, Di Sini Kutemukan, BPK Gunung mulia, jakarta, 1985
4.                   Leon moris; teologi perjanjian baru, Gandum Mas, Malang, Jawa Timur, 2014
5.                  J. S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, Buku Kompas, Jakarta, 2013
6.                  Dr. C. Groenem Ofm, Pengantar Kedalam Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta, 1984
7.                  J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab Jilid 4, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta, 1996
8.                  Michael Card, Batu Karang Yang Rapuh, Kehidupan Emosional Simon Petrus, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2008.
9.                  Donald Guithrie, Alec Motyer, Alan M. Stibbs, Donald J. Wiseman, Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3 Matius-Wahyu, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta, 2010
10.              Justin Taylor, Asal-Usul Agama Kristen, Kanisius, Yogyakarta, 2008
11.              Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Yayasan Komunikas Bina Kasih, Jakarta, 1994
12.              Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z, Yayasan Komunikas Bina Kasih, Jakarta, 1994
13.              Merrill C. Tenney, Survey Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang, 2013
14.              Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta, 2008
15.              Aloys Budi Purnomo, Woderful Europe, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011
16.              Dianne Bergant, Csa, dan Robert J. Karris, Ofm, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta, 2002.
17.              Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008
18.              Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.
19.              Dr. J. Verkuyl, Geredja Dan Bidat-Bidat BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1966.
20.               Pdt. Dr. Paulus Daun, D. Th (can), Bidat Kristen Dari Masa-Kemasa, Yayasan Daud Family, Manado, 2011
21.              Dr. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1979
22.               G.A. Pandjaitan, M.Th, Sesi Kuliah Semester 6  Mata Kuliah Dogmatika, STTS Salatiga, salatiga, 4 mei 2016
23.              Elliyezer Siswanto, S.Th, sesi perkuliahan semester 6 mata kuliah filsafat pastoral, STTS Salatiga, Salatiga, 25 januari 2016.
24.              www. Babla co.id, 4 februari 2016, Menjelaskan Arti Dari Brainwash.




[1]. G.R. Evans, Sejarah Singkat Bidah, (BPK Gunung Mulia, jakarta, 2011) hlm. Prakata no. xi
[2]. Elliyezer Siswanto, S.Th, (Mata kuliah Filsafat Pastoral; senin, 25 Januari 2016) Sesi Perkuliahan STTS Salatiga semester 6.
[3]DR. H. Berkhof dan Dr. I.H. Enklaar; Sejarah Gereja, (BPK gunung mulia, jakarta, 1967), cetakan ke-4, hlm, 348.
[4]. Dalam situs www. Babla co.id (4 februari 2016), menjelaskan arti dari brainwash yang adalah mengindoktrinasi, tidak salah lagi bahwa banyak orang-orang percaya pada waktu itu yang sudah tercuci otaknya
[5]. Prof. S. Wismoady Wahono Ph.D, Di Sini Kutemukan (Bpk. Gunung Mulia, Jakarta) cetakan ke-1. Hlm. 467
[6]. Leon Moris; Teologi Perjanjian Baru (Gandum Mas,Malang, Jawa Timur, 2014) cetakan ke-5, hlm. 449
[7]. J. S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (Buku Kompas, Jakarta 2013) cetakan ke-3, hlm. 56
[8]. Dr. C. Groenem Ofm, Pengantar Kedalam Perjanjian Baru (Kanisius, Yogyakarta, 1984)cetakan ke-18, hlm. 354
[9]. J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab Jilid 4(Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta, 1996) hlm. 209.
[10]. Ibid, hlm 210
[11]. Michael Card, Batu karang yang rapuh, kehidupan emosional Simon Petrus (yayasan kalam hidup, Bandung, 2008) cetakan ke-1, hlm 213.
[12] Ibid, hlm 214
[13]. Donald Guithrie, Alec Motyer, Alan M. Stibbs, Donald J. Wiseman, Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3 Matius-Wahyu (yayasan Komunikasi Bina Kasih, jakarta 2010) cetakan ke-17, hlm. 838
[14]. Prof. S. Wismoady Wahono Ph. D, Di Sini Kutemukan (Bpk Gunung Mulia, Jakarta, 1986) cetakan ke-1, hlm 315.
[15]. Loc. cit.
[16]. Justin Taylor, Asal-Usul Agama Kristen( Kanisius, Yoyakarta, 2008) cetakan ke-5, hlm. 155
[17]. Loc.cit.
[18]. Ibid, hlm. 158
[19]. Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L (Yayasan komunikas Bina Kasih, jakarta, 1994). Cetakan ke-2, hlm. 594
[20]. Merrill C. Tenney, Survey Perjanjian Baru (Gandum Mas, Malang, 2013) cetakan ke-10, hlm. 67
[21]. Ibid. hlm. 66
[22]. Op. Cit. Hlm 69
[23]. Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Grasindo, Jakarta, 2008) hlm. 215
[24]. Aloys Budi Purnomo, Woderful Europe (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011) cetakan ke-1, hlm 208
[25]. Loc.cit
[26]. Merrill C. Tenney, Survey Perjanjian Baru (Gandum Mas, Malang, 2013) cetakan ke-10, hlm. 58
[27]. Donald Guithrie, Alec Motyer, Alan M. Stibbs, Donald J. Wiseman, Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3 Matius-Wahyu (yayasan Komunikasi Bina Kasih, jakarta 2010) cetakan ke-17, hlm. 839
[28] Dianne Bergant, CSA, Robert J. Karris, OFM, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru (Kanisius, Yogyakarta, 2002) cetakan ke-16, hlm. 454
[29]. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (PT. Gramedia Pustaka Utama, jakarta, 2008) cetakan ke-4, hlm. 188.
[30].  Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia (PT. Gramedia Pustaka Utama, jakarta, 2006) hlm. 86.
[31]. Dr. J. Verkuyl, Geredja dan bidat-bidat (BPK, Jakarta, 1966) cetakan ke-2, hlm.12
[32]. Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L (Yayasan komunikas Bina Kasih, jakarta, 1994). Cetakan ke-2, hlm. 193

[33]. Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z (Yayasan komunikas Bina Kasih, jakarta, 1994). Cetakan ke-2, hlm. 569

[34]. Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L (Yayasan komunikas Bina Kasih, jakarta, 1994). Cetakan ke-2, hlm. 191

[35].  Pdt. DR. Paulus Daun, D. Th (can), Bidat Kristen Dari masa-kemasa (Yayasan Daud Family, Manado, 2011) cetakan ke-14, hlm.74
[36]. H. Berkhof dan I.H. Enklaar, Sejarah Gereja (BPK Gunung Mulia, jakarta, 2009) cetakan ke-24, hlm 17.
[37]. Pdt. DR. Paulus Daun, D. Th (can), Bidat Kristen Dari masa-kemasa (Yayasan Daud Family, Manado, 2011) cetakan ke-14, hlm.76
[38]. Dr. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Kanisius, Yogyakarta, 1979) cetakan ke-2, hlm. 12
[39]Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 M-Z (Yayasan komunikas Bina Kasih, jakarta, 1994). Cetakan ke-2, hlm. 337

[40]. Pdt. DR. Paulus Daun, D.Th.(Chan), Bidat Kristen Dari Masa Ke Masa (Yayasan daun family, Manado, 2011). Cetakan ke-14, hlm. 62
[41] G.A. Pandjaitan, M.Th, Sesi Kuliah Semester 6  Mata kuliah Dogmatika (STTS Salatiga, Salatiga, 4 mei 2016)
[42]. Ensikopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, (Yayasan Komunikas Bina Kasih, Jakarta,1994) hlm. 439

Komentar